Sistem Produksi Dinilai Penyebab Harga Beras Indonesia Mahal

CNN Indonesia
Senin, 19 Jun 2017 04:30 WIB
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga sistem produksi yang bermasalah menyebabkan harga beras di Indonesia lebih tinggi dibanding negara lain.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga sistem produksi yang bermasalah menyebabkan harga beras di Indonesia lebih tinggi dibanding negara lain. (Foto: CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga sistem produksi yang bermasalah menyebabkan harga beras di Indonesia lebih tinggi dibanding negara lain. Mereka merasa perlu ada penyelidikan lebih jauh terkait temuan itu.

Ketua KPPU Syarkawi Rauf menilai ada tiga kemungkinan harga beras dalam negeri jauh lebih mahal ketimbang beras negeri tetangga yaitu: ongkos produksi di negara lain yang lebih rendah atau rantai distribusi beras lokal yang terlalu panjang.

Untuk kemungkinan kedua, Syarkawi menjelaskan semakin panjang rantai distribusi maka semakin mahal harga yang harus ditanggung oleh konsumen untuk membeli beras. Dengan kata lain, inefisiensi proses tersebut merugikan masyarakat secara luas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal di saat yang sama pemerintah menilai jumlah beras yang diproduksi dalam negeri mencukupi. Sehingga menurut Syarkawi, harga beras akan lebih murah.

"Malah kita mengalami penurunan karena produksinya juga sangat melimpah. Cuma memang problem kita itu dari sisi produksi," ujar Syarkawi ketika ditemui di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (18/6).

Data dari Badan Pangan Internasional (FAO) menyebutkan harga beras per kilogram di Indonesia mencapai rata-rata US$0,79 atau setara Rp10.499. Harga per kilogram ini satu kali lipat lebih mahal dari sejumlah negara di Asia Tenggara.

Thailand misalnya, beras di sana dijual dengan harga US$0,42 per kg. Lalu Vietnam punya kisaran US$0,31 per kilogram, di Myanmar US$0,28 per kilogram, dan di Kamboja US$0,42 per kilogram.

Menanggapi hal ini, Syarkawi merasa perlu ada penyelidikan lebih lanjut untuk menemukan penyebab pasti dari tingginya harga beras di Indonesia.

"Nah ini yang harus kita perbaiki dari waktu ke waktu, karena ada data yang menunjukkan bahwa harga di Indonesia lebih tinggi dibanding internasional," imbuh Syarkawi.

Sebelumnya Menteri Perdagangan Enggartiato Lukita telah menjelaskan, berdasarkan data Bank Indonesia, beras mengalami deflasi sebesar 0,06 persen pada pekan kedua Juni. Untuk itu, Enggar berjanji akan berupaya mengendalikan harga beras agar tak turun lebih dalam, tetapi masih sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET).

Sebagai informasi, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017, pemerintah memasang HET beras bagi konsumen di angka Rp9.500 per kilogram. Sementara itu, HET produsen bagi beras dipatok sebesar Rp7.300 per kilogram.

"Sekarang berlebih, cadangan beras oversupply di atas rata-rata. Sekarang ada deflasi beras nasional sebesar 0,06 persen. Tak hanya beras, rata-rata harga bahan pangan memang tengah turun," kata Enggar di Cipinang, Jakarta Timur, Sabtu (17/6).

Ironisnya, harga beras di Indonesia saat ini sudah lebih murah dari harga beras sebelumnya. Namun dengan perbandingan di atas, harga beras saat ini masih jauh lebih mahal dibanding harga internasional.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER