Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, masih ada 27 anggota bursa (AB) atau perusahaan sekuritas yang merugi sejak Juli 2016 hingga Mei 2017. Kerugian tersebut dikarenakan selisih jumlah AB dengan emiten yang tidak berbanding.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengungkapkan, rasio AB dengan emiten saat ini sebesar 1:5. Artinya, porsi AB menjadi perantara perdagangan efek belum sebanding dengan jumlah emiten yang ada di BEI.
"Sekarang kan rasionya lima,atau ya masih 5,5 lah naik setengah," ujarnya, Selasa (20/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu perusahaan sekuritas yang membukukan penurunan laba bersih pada kuartal I 2017, yakni PT Pacific Sekuritas Indonesia. Perusahaan meraup laba sebesar Rp2,69 miliar atau melorot 94,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp45,2 miliar.
Saat ini, jumlah emiten tercatat sebanyak 547. Namun, total AB hanya berjumlah 108 sekuritas. Dengan demikian, porsi AB untuk melakukan transaksi efek sebagai perantara bagi investor masih sangat kecil. Tak heran, AB kerap merugi.
Untuk mengatasinya, lanjut Tito, perlu ada penambahan emiten untuk menambah efek yang dapat ditransaksikan setiap harinya. Sehingga, fee atau biaya yang diraup AB semakin besar.
"Kan tidak bisa mengurangi AB, tapi strateginya menambah emiten sebanyak-banyaknya," katanya.
Adapun, untuk tahun ini, BEI menargetkan emiten baru sebanyak 35 perusahaan hingga akhir tahun nanti. Saat ini, jumlah emiten baru di BEI masih sebanyak 12 emiten. Namun, pada perdagangan esok hari, Rabu (21/6), terdapat empat perusahaan yang akan melakukan pencatatan sahamnya di BEI.
"Setengah tahun, 16 emiten. Dibandingkan tahun lalu yang hanya 16 emiten (sepanjang 2016). Jadi, insyaallah diatas 30," tutur Tito.
Menurutnya, ada satu anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah memasukkan data ke BEI, yaitu PT Garuda Mantenance Facility (GMF), anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).