Penjualan Lebaran Anjlok, Bisnis Ritel Semester I Tumbuh 3,8%

CNN Indonesia
Kamis, 29 Jun 2017 12:05 WIB
Pertumbuhan bisnis ritel diproyeksi hanya berada dikisaran 3,8 persen antara lain disebabkan anjloknya penjualan pada momen Lebaran.
Pertumbuhan bisnis ritel pada bulan Juni diproyeksi pada kisaran 3 persen hingga 4 persen. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Momentum Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh bersamaan pada bulan Juni rupanya tak banyak memberikan dorongan pada bisnis ritel di tahun ini. Pertumbuhan bisnis ritel pada semester pertama tahun ini pun diproyeksi hanya tumbuh dikisaran 3,6 persen hingga 3,8 persen.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menuturkan, proyeksi pertumbuhan tersebut jauh berada dibawah pertumbuhan pada semester pertama tahun lalu yang tercatat berada dikisaran 7 persen hingga 8 persen. Padahal, pada tahun lalu, hari raya Idul Fitri jatuh pada bulan Juli atau masuk dalam Semester II, kendati sebagian bulan Ramadan jatuh pada bulan Juni.

"Kalau dibandingkan (tahun lalu) jauh sekali. Kuartal I kita lemah, lalu kuartal II yang diharapkan bisa pulih dengan adanya sentimen lebaran, justru tak ada hasil. Nanti kuartal III dan IV trennya tak berbeda jauh," kata Roy saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (29/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati momen Ramadan dan Idul Fitri jatuh bersamaan pada bulan Juni, pertumbuhan bisnis ritel pada Juni diperkirakan hanya bergerak pada kisaran 3 persen hingga 4 persen secara bulanan (month to month/mtm). Pertumbuhan tersebut tak banyak meningkat dibanding bulan-bulan sebelumnya. Adapun realisasi pertumbuhan bisnis ritel pada Januari tercatat 4,4 persen, Februari 1,1 persen, Maret 5,6 persen, April 4,1 persen, dan Mei 3,6 persen.



Hal tersebut menurut dia, menunjukkan penjualan pada momen Lebaran tahun ini yang anjlok dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, menurut dia, di tahun lalu, momen Lebaran yang jatuh pada awal bulan Juli mampu mengangkat pertumbuhan penjualan pada bulan tersebut mencapai sekitar 6,2 persen.

Roy melihat, faktor utama penurunan pertumbuhan ritel pada momen Lebaran berasal dari menurunnya daya beli masyarakat yang dibagi dalam dua kategori. Pertama, adanya kecenderungan menahan belanja dari masyarakat, khususnya dari kalangan menengah lantaran tak mendapat kenaikan penghasilan yang signifikan.

"Dari yang saya dengar, kebanyakan yang middle ini tidak mendapat kenaikan penghasilan yang signifikan, sehingga mereka tahan konsumsinya. Sayangnya, ini kelas yang banyak menyumbang belanja dan pertumbuhan," jelas Roy.

Kedua, ada pemotongan Tunjangan Hari Raya (THR) yang dialami sebagian kelas bawah dan menengah. Kendati begitu, Roy belum mendengar lebih jelas terkait latar belakang pemotongan THR ini. Namun, imbasnya membuat belanja setelah THR cair dan jelang lebaran menjadi tak signifikan pada ritel dari masyarakat.

"THR ini pengaruh sekali ke daya beli jelang lebaran. Saya dengar ada pemotongan, mereka jadi cenderung tahan untuk belanja. Akhirnya, mall ramai dikunjungi tapi mereka hanya makan-minum, tidak belanja," imbuhnya.


Roy pun menargetkan bisnis ritel hanya tumbuh dikisaran 6 persen hingga 7 persen pada tahun ini. Namun, dia mengaku khawatir bisnis ritel mengulang capaian pertumbuhan pada krisis ekonomi 2008 lalu yang hanya sebesar 4,5 persen.

"Jangan sampai terulang, kami tidak ingin pertumbuhannya hanya 4,5 persen di 2009, itu karena imbas krisis. Masa sekarang tidak ada krisis tapi pertumbuhannya sama dengan waktu itu?" imbuh Roy.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER