Jakarta, CNN Indonesia -- Lesunya penjualan pada tahun ini membuat para pengusaha ritel mulai 'mengencangkan ikat pinggang'. Hingga semester pertama tahun ini, bisnis ritel diproyeksi tumbuh dikisaran 3,6 persen hingga 3,8 persen.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menjelaskan, peritel sudah mulai melakukan efisiensi sejak awal tahun ini. Kendati melakukan efisiensi dengan berbagai cara, Roy berharap para pelaku ritel tak melakukan efisiensi dari sisi tenaga kerja dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
"Efisiensi berbagai macam tapi kami tentu tidak ingin PHK, PHK itu jalan terakhir. Sekarang ini mereka semua masih efisiensi semaksimal mungkin dari sisi energi dan pemilihan produk," ujar Roy kepada CNNIndonesia.com, Kamis (29/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roy menjelaskan, efisiensi dalam bidang energi dilakukan dengan menghemat penggunaan bahan bakar, listrik, gas, dan air. Efisiensi juga dilakukan dengan mengurangi jam operasional pada jam produktif, serta melalui pemilihan produk.
"Beberapa produk yang tak cepat perputaran bisnisnya, akan dikurangi pasokan penjualannya oleh gerai ritel," terang dia.
Roy pun berharap pemerintah dapat memberikan stimulus guna mendorong bisnis ritel yang tengah lesu. Stimulus menurut dia, dapat diberikan dalam bentuk alokasi belanja negara pada sektor produktif sehingga masyarakat bisa merasakan dampaknya dan terdorong daya belinya.
Selain itu, Aprindo juga berharap agar pemerintah mampu menjaga tensi politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serempak di tahun depan dan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2019 mendatang.
"Dan yang tak kalah penting, stimulus dari sisi kestabilan iklim politik. Jangan sampai pemerintah terus gaduh dan membuat iklim politik memanas, membuat masyarakat jadi enggan untuk belanja," pungkasnya.