Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak meningkat 2 persen pada hari Senin (3/7) waktu Amerika Serikat (AS), setelah data menunjukkan penurunan produksi AS. Meski demikian, analis mewanti-wanti peningkatan produksi dari organisasi negara-negara pengekspor minyak dunia (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).
Dikutip dari Reuters, aktivitas pengeboran di AS akhirnya menurun setelah 23 pekan berturut-turut mengalami peningkatan. Aktivitas pengeboran ini melemah sejak Januari, di mana jumlah aktivitas turun sebanyak dua pengeboran. Selain itu, data pemerintah AS menunjukkan adanya penurunan produksi di bulan April.
Laporan dari Standard Chartered mengatakan, harga minyak yang anjlok membuat produsen minyak AS menahan produksinya. Sementara itu, selain penurunan aktivitas pengeboran, Commerzbank mengatakan bahwa penurunan produksi AS sebesar 100 ribu barel per hari disebabkan karena badai tropis dan perbaikan sumur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya, harga Brent berjangka ditutup menguat US$0,91 per barel ke angka US$49,68 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) melonjak US$1,03 per barel ke angka US$47,07 per barel.
Harga minyak tercatat meningkat dalam delapan sesi perdagangan berturut-turut. Hal ini dianggap sebagai rentetan penguatan terlama sejak Februari 2012.
Meski demikian, analis mengingatkan dampak dari peningkatan produksi OPEC. Pada bulan Juni silam, produksi OPEC meningkat 280 ribu barel per hari ke angka 32,72 juta barel.
Hal itu didukung oleh Menteri Perminyakan Irak Jabar al-Luaibi yang mengatakan bahwa negaranya berhak untuk memproduksi minyak sesuai dengan cadangan yang dimilikinya.