Jakarta, CNN Indonesia -- PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) telah mendapat restu dari pemegang saham untuk menerbitkan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
rights issue.
Produsen roti dengan merek dagang Sari Roti ini tengah mencari pendanaan untuk kebutuhan membangun beberapa pabrik baru di Pulau Jawa, luar Pulau Jawa, dan Filipina.
"Seluruh dana untuk bangun 4-5 pabrik. Selain itu, juga akan digunakan untuk bangun pabrik khusus produksi roti beku, pastries, dan kue," papar Public Relation Perusahaan, Stephen Orlando, Jumat (7/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, perusahaan akan melepas sebanyak-banyaknya 1,15 miliar saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp20 per saham. Namun, perusahaan enggan menyebut rentang harga yang akan ditawarkan untuk tiap sahamnya.
"Detil akan menyusul di prospektus," imbuhnya.
Selain Nippon Indosari, beberapa perusahaan lain di lantai bursa saham yang akan menerbitkan
rights issue, antara lain PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) yang akan melepas sebanyak 1,29 miliar saham atau sekitar 14,29 persen dari modal ditempatkan.
Selanjutnya, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menerbitkan
rights issue dan Obligasi Wajib Konversi (OWK).
Secara keseluruhan, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, penyerapan
rights issue yang dikeluarkan akan bergantung dari kondisi fundamental perusahaan itu sendiri. Pasalnya,
rights issue akan hanya ditawarkan kepada pemegang saham eksisting.
"Terserah pemegang saham, kalau emiten masih ada prospek bagus ke depan, maka mereka mau mengeksekusi
rights issue," kata Reza kepada
CNNIndonesia.com.
Untuk produsen dari roti bermerek Sari Roti ini, ia menilai perusahaan masih memiliki potensi untuk meningkatkan pangsa pasarnya di Indonesia karena tingkat konsumsi roti yang masih rendah.
"Dari data Euromonitor, pertumbuhan pasar industri roti Indonesia 13,3 persen rata-rata gabungan selama 2010-2015 dengan konsumsi 2,3 kilogram (kg) per kapita," jelasnya.
Menurutnya, konsumsi itu masih dibawah rata-rata konsumsi roti di negara Asean lainnya, seperti Thailand sebesar 2,4 kg, Malaysia 7,6 kg, dan Singapura 9,7 kg.
"Ini peluang untuk meningkatkan pangsa pasar dan produksi sehingga pertumbuhannya lebih meningkat," ujar Reza.