Ekonom Perkirakan Rupiah Capai Rp13.450 di Akhir Tahun

CNN Indonesia
Minggu, 09 Jul 2017 19:56 WIB
Sejumlah sentimen bisa membuat kurs rupiah melemah pada akhir tahun, di antaranya kebijakan bank sentral AS dan pengurangan neraca keuangan The Fed.
Ilustrasi dolar AS. Ekonom memperkirakan nilai tukar rupiah akan melemah di akhir tahun ini. (REUTERS/Rick Wilking)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar atau kurs rupiah di akhir tahun diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi pemerintah di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (R-APBNP) 2017 yang sebesar Rp13.400 per dolar Amerika Serikat karena dipengaruhi sejumlah sentimen.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, sentimen pertama datang dari Negeri Paman Sam melalui dua kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve, yaitu melalui rencana kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) dan rencana pengurangan neraca keuangan The Fed.

Kenaikan suku bunga acuan akan mendorong masuknya investasi ke AS sehingga memulangkan dolar dan berpotensi membuat kurs rupiah melemah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sehingga diperkirakan, rupiah akan berada di kisaran Rp13.300 sampai Rp13.450 per dolar AS," ujar Josua kepada CNNIndonesia.com, Minggu (9/7).

Tak hanya The Fed, pelemahan kurs rupiah juga rawan dari sentimen pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral di negara lain.

Misalnya saja, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), bank sentral Inggris (Bank of England/BoE), dan bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC), yang terjadi usai merespons pengetatan kebijakan moneter dari The Fed.

"Pengetatan kebijakan moneter The Fed berpotensi direspons oleh pengetatan kebijakan bank sentral global, seperti ECB, BoE, BoC yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada aset negara berkembang (termasuk Indonesia)," jelas Josua.

Selain itu, ada pula kekhawatiran rupiah terkena imbas bayang-bayang ketidakpastian dari isu geopolitik di beberapa kawasan.

Sedangkan dari dalam negeri, pergerakan rupiah mendapat pengaruh dari potensi pelebaran defisit anggaran hingga 2,92 persen, yang selanjutnya berimbas pada penambahan penerbitan utang melalui Surat Berharga Negara (SBN).

"Sehingga dapat berdampak pada penurunan harga SBN dan dapat memberikan sentimen negatif dalam jangka pendek," kata Josua.

Celah untuk Menguatkan Rupiah

Kendati dibayangi banyak sentimen, Josua melihat rupiah di akhir tahun bisa berada di posisi yang baik bila pemerintah berhasil menarik investasi dari luar negeri, bersamaan dengan perbaikan status peringkat kelayakan investasi Indonesia dari tiga lembaga pemeringkat, yaitu Standard and Poor's (S&P), Moody's, and Fitch Ratings.

"Selain itu, pemerintah bisa mengupayakan reformasi struktural melalui paket kebijakan, antara lain menerbitkan daftar negatif investasi (untuk menarik investasi)," ujar Josua.

Kemudian, pergerakan rupiah bisa lebih baik jelang tutup tahun bila kinerja perdagangan Indonesia berhasil terus menorehkan surplus ekspor dari sejumlah negara-negara mitra dagang dan bila defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) sekitar 1,7 persen sampai 1,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) secara tahunan di akhir 2017.

Sebelumnya, dalam R-APBNP 2017, pemerintah mengubah proyeksi kurs rupiah sampai akhir tahun menjadi Rp13.400 per dolar AS, dari sebelumnya sebesar Rp13.300 per dolar AS di APBN 2017. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, perubahan proyeksi ini lantaran pemerintah mempertimbangkan rencana kenaikan FFR.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER