Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menyepakati asumsi makro ekonomi yang dituangkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (R-APBNP) 2017. Pertumbuhan ekonomi disepakati naik dari 5,1 persen dalam APBN 2017 menjadi sebesar 5,2 persen, sedangkan inflasi disepakati naik dari 4 persen pada APBN 2017 menjadi 4,3 persen.
"Dengan ini, pemerintah dan BI serta Komisi XI menyepakati asumsi makro dalam APBNP 2017," ujar Ketua Komisi XI Melchias Marcus Mekeng usai rapat kerja bersama pemerintah dan BI, Senin (10/7).
Selain mengubah target pertumbuhan ekonomi dan inflasi, tingkat suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan juga diubah dari 5,5 persen menjadi 5,2 persen. Demikian pula dengan asumsi nilai tukar atau kurs rupiah yang diubah dari Rp13.300 per dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp13.400 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggota Komisi XI DPR Misbakhun menilai, perubahan asumsi makro, khususnya pada pertumbuhan ekonomi yang dikerek tipis pada R-APBNP 2017 mencerminkan optimisme pemerintah dalam menjaga iklim pertumbuhan.
"Perubahan APBN 2017 memberikan optimisme, terkait pertumbuhan ekonomi jadi 5,2 persen. Saya berterima kasih kepada pemerintah karena bagi saya, ini adalah penghargaan pemerintah atas mekanisme politik anggaran," kata Misbakhun pada kesempatan yang sama.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang meningkat dilihat dari adanya sentimen perbaikan ekonomi dari global yang ditunjukkan oleh beberapa negara maju maupun berkembang.
"Ekonomi Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang membaik. China dan India membaik. Malaysia dan Indonesia juga membaik," kata Darmin.
Selain itu, proyeksi perbaikan ekonomi Indonesia juga turut mempertimbangkan perkiraan dari sejumlah lembaga, misalnya organisasi Dana Moneter Internasional (International Moneter Fund/IMF) yang memperkirakan pertumbuhan Indonesia bisa mencapai 5,1 persen dan Bank Dunia (World Bank) bisa mencapai 5,2 persen.
Lalu, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation & Development/OECD) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen, Fitch Ratings 5,4 persen, dan Standard and Poor's (S&P) mencapai 5,2 persen.
Sementara untuk tiga asumsi makro lainnya, berdasarkan kesepakatan dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR sebelumnya, yaitu harga minyak mentah Indonesia
(Indonesia Crude Palm Oils/ICP) sebesar US$50 per barel dari sebelumnya US$45 per barel. Kemudian
lifting minyak dan gas bumi tak mengalami perubahan target, yaitu masing-masing sebesar 815 ribu barel per hari (bph) dan 1.15 juta barel setara minyak per hari. Namun, ketiga asumsi tersebut masih dibahas oleh pemerintah bersama Komisi VII DPR.