Jakarta, CNN Indonesia -- Bank
Mandiri mencatatkan laba bersih pada sepanjang semester pertama tahun ini tumbuh 33,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu
(year on year/yoy) menjadi Rp9,5 triliun. Pada semester pertama tahun lalu, laba perseroan tercatat sempat anjlok sebesar 28,7 persen (yoy) menjadi Rp7,1 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pertumbuhan laba tersebut sering dengan perbaikan kualitas kredit perseroan yang mendorong
kontribusi pendapatan jasa perbankan. Pada Juni 2017, rasio kredit bermasalah
(Non Performing Loan/NPL) perseroan membaik dari 3,86 persen pada Juni 2016 menjadi 3,82 persen.
“Pencapaian positif ini membuktikan bahwa berbagai langkah perbaikan bisnis yang kami lakukan sejak tahun lalu telah membuahkan hasil yang signifikan,” ujar Kartika dalam paparan kinerja Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (18/7).
Pada semester pertama tahun ini, penyaluran kredit Bank Mandiri tercatat tumbuh 11,6 persen (yoy) menjadi Rp682 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut mendorong peningkatan pendapatan bunga bersih secara tahunan sebesar 6% menjadi Rp25,7 triliun. Sedangkan pendapatan perseroan dari bisnis jasa perbankan atau
fee based income tumbuh
18,5% menjadi Rp10,9 triliun pada akhir Juni tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kartika menjelaskan, kredit perseroan pada semester pertama tahun ini, didorong oleh kredit konsumer yang tumbuh 20 persen (yoy) menjadi Rp91,3 triliun. Adapun kredit investasi tumbuh 16,6 persen (yoy) menjadi Rp194,4 triliun, sedangkan kredit modal kerja tumbuh 5,2 persen (yoy) menjadi Rp319,9 triliun.
Berdasarkan sektornya, penyaluran kredit Bank Mandiri
terutama didorong oleh kredit infrastruktur yang tumbuh 15 persen (yoy) menjadi Rp133,7 triliun. Sementara itu, kredit pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tercatat sebesar Rp78,1 triliun.
Di sisi lain, total dana pihak ketiga (DPK) pada semester pertama tahun ini tercatat tumbuh 10,1 persen (yoy) menjadi Rp760,9 triliun. Pertumbuhan tersebut terutama didorong pertumbuhan dana murah sebesar 11,6 persen (yoy) mencapai Rp490,2 triliun.