Sejumlah analis sepakat harga saham emiten valuasi harga saham emiten tambang belum terbilang mahal saat ini. Artinya, meski harga saham beberapa emiten tambang meningkat tajam pekan lalu, saham tersebut masih memiliki potensi untuk meningkat pekan ini.
Edwin memaparkan, peluang kenaikan yang tinggi berlaku bagi Adaro Energy, Bukit Asam, dan Harum Energy. Sementara, untuk Indo Tambangraya sendiri hanya akan naik terbatas karena valuasinya yang sudah lebih mahal dari emiten tambang lainnya.
"Diproyeksi masih akan menguat karena memang kalau dibandingkan harga dan valuasi belum terlalu mahal," ungkap Edwin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 (CNN Indonesia/Laudy Gracivia) |
Selanjutnya, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, pergerakan indeks sektor tambang sendiri bergantung pada harga komoditas. Menurutnya, penyebab kenaikan harga komoditas beberapa waktu terakhir karena terjadi pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).
"Pergerakan valuta asing (valas) dolar AS melemah, jika dolar AS melemah maka biasanya komoditas naik," kata Reza.
Namun begitu, tetap ada kekhawatiran sikap pelaku pasar yang melakukan aksi ambil untung (
profit taking) karena kenaikan dari beberapa saham emiten tambang pekan lalu.
Reza menambahkan, meski pelaku pasar optimistis dengan laporan keuangan emiten tambang, tetapi sentimen tersebut hanya bersifat sementara untuk menarik pelaku pasar.
"Itu hanya sentimen sekali datang," imbuh Reza.
Adapun, harga komoditas yang cenderung fluktuatif juga membuat sektor tambang menarik dikonsumsi untuk jangka pendek dan menengah. Menurut Reza, data perekonomian global yang belum stabil akan membuat harga tambang mudah berubah.
Sementara, khusus untuk Bumi Resources hanya menarik untuk perdagangan harian. Pasalnya, pergerakan harga sahamnya masih berfluktuatif tinggi jika dibandingkan dengan emiten tambang lainnya.