Untung Bersih PLN Anjlok Jadi Rp2,3 Triliun di Semester I

CNN Indonesia
Jumat, 28 Jul 2017 08:52 WIB
Raihan laba bersih unaudited itu jeblok 70,8 persen dibandingkan dengan capaian di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp7,9 triliun.
Raihan laba bersih unaudited itu jeblok 70,8 persen dibandingkan dengan capaian di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp7,9 triliun. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) meraup laba bersih yang belum diaudit (unaudited) sebesar Rp2,3 triliun pada semester I 2017. Angka ini jeblok 70,8 persen dibanding capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp7,9 triliun.

Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto menyebut, turunnya laba bersih itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat insidental, yaitu membengkaknya beban di luar operasi sebesar Rp3,1 triliun.

Selain itu, perusahaan juga mengalami kurangnya pendapatan akibat selisih kurs senilai Rp2,1 triliun. Meski diterpa pembengkakan beban non-operasional, PLN tidak melakukan penyesuaian tarif sepanjang semester kemarin.

"Perseroan memutuskan untuk tidak menaikkan tarif. PLN melakukan efisiensi pada beberapa elemen biaya operasi yang berada dalam kendali perusahaan untuk menutup kekurangan marjin usaha tersebut," jelas Sarwono melalui keterangan pers dikutip Jumat (28/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penurunan laba ini terjadi di tengah meningkatnya laba operasi perusahaan. Tercatat, laba operasi semester kemarin sebesar Rp17,6 triliun atau lebih besar 12,84 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp15,6 triliun.

Hal ini disebabkan oleh naiknya penjualan tenaga listrik dalam enam bulan pertama tahun 2017 menjadi Rp118,5 triliun, atau naik 13,22 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp104,7 triliun.

Pertumbuhan ini berasal dari kenaikan volume penjualan menjadi sebesar 108,4 Terrawatt-hour (TWh), atau naik 1,17 persen dibanding semester I tahun lalu sebesar 107,2 TWh.

Peningkatan konsumsi ini, lanjutnya, juga didukung dari kenaikan jumlah pelanggan. Hingga akhir Semester I tahun 2017, pelanggan PLN telah mencapai 65,9 juta atau bertambah 1,6 juta pelanggan dari posisi akhir tahun lalu sebanyak 64,3 juta pelanggan. Adapun, kenaikan konsumsi tersebut didominasi oleh konsumsi listrik di golongan tarif industri.

"Peningkatan penjualan tersebut sejalan dengan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 1.663 MW yang berasal dari Pembangkit PLN sebesar 463 MW dan tambahan kapasitas dari Independent Power Producer (IPP) sebesar 1.199 MW, serta menyelesaikan 1.489 kilometer sirkuit (kms) jaringan transmisi dan Gardu Induk sebesar 5.750 MVA," ujarnya.

Namun, dengan bertambahnya jumlah pelanggan, maka beban operasional juga ikut meningkat. Adapun, beban usaha perusahaan naik 7,65 persen dari Rp119,7 triliun ke angka Rp128,9 triliun.

Beban usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah pembelian tenaga listrik menjadi Rp34,6 triliun, atau mengalami kenaikan 24 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp27,9 triliun. Tak hanya itu, beban bahan bakar juga meningkat dari Rp52 triliun ke angka Rp55,3 triliun.

Penyebab utamanya, adalah kenaikan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dan Harga Batubara Acuan (HBA) masing-masing sebesar 35,22 persen dan 58,61 persen.

"Meskipun pada paruh pertama 2017 ini beberapa kondisi makro yang mempengaruhi penyesuaian tarif tenaga listrik yaitu kurs dolar AS, ICP dan inflasi, namun demi mendukung kepentingan masyarakat serta untuk menjaga agar bisnis dan industri tetap kompetitif, perseroan memutuskan tidak menaikkan tarif," pungkasnya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER