PTBA Ikut Lelang Tiga Pembangkit Listrik Tenaga Surya

CNN Indonesia
Senin, 31 Jul 2017 09:49 WIB
Perseroan memiliki 30 ribu hektare (ha) lahan yang mampu mengakomidasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan menghasilkan 15 ribu MW listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dinilai memiliki biaya perawatan yang lebih minim dibanding Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) mengaku tengah mengikuti lelang tiga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Adapun, lelang ini merupakan bagian dari enam paket PLTS yang dilelang PT PLN (Persero) beberapa waktu lalu.

Presiden Direktur PTBA Arviyan Arifin mengatakan, lokasi tambang perusahannya yang cukup luas dianggap mampu mengakomodasi pembangunan PLTS. Saat ini, ia mengaku PTBA punya lahan tidak aktif sebesar 30 ribu hektare (ha) dari total lahan pertambangan 93 ribu ha.

Menurutnya, setiap 2 ha lahan bisa menampung solar cell berkapasitas 1 Megawatt (MW). Dengan demikian, potensi lahan tambang PTBA diharapkan bisa menghasilkan listrik hingga 15 ribu MW.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami akan ikut berpartisipasi di beberapa lokasi di Sumatera. Kami akan memanfaatkan areal tambang beberapa ha dalam bentuk reklamasi dari solar cell. Oleh karenanya, kami ikut tiga lelang, di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Riau," ungkap Arviyan akhir pekan lalu.

Rencananya, masing-masing pembangkit bisa menghasilkan listrik hingga 30 MW. Meski demikian, perusahaan masih mencari teknologi yang tepat agar listrik bisa lebih efisien.

Arviyan melanjutkan, teknologi PLTS harus disesuaikan dengan tingkatan panas surya di Indonesia. Menimbang kondisi di Indonesia, ia bilang bahwa teknologi yang cocok bisa berasal dari Amerika Serikat atau China.

"Teknologinya belum ada yang murah, karena kami ingin agar tarif listrik yang kami jual bisa di bawah US$0,1 per Kilowatt-hour (KWh)," imbuhnya.
Selain karena punya lahan yang luas, PTBA beralasan bahwa pembangkit EBT memiliki biaya perawatan yang lebih minim dibanding Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Meski demikian, ia belum bisa menaksir besaran investasinya.

"Perawatan PLTS ini dua saja, untuk mengelap kaca dan berdoa. Berdoa agar panas mataharinya terus cukup," katanya.

Sembari menunggu realisasi PLTS, saat ini perusahaannya tengah merampungkan beberapa proyek PLTU yang digarap sebelumnya. Adapun, perusahaan akan melakukan konstruksi atas PLTU Sumsel 8 berkapasitas 2x620 MW di awal tahun depan dan membangun pembangkit bagi aktivitas dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain seperti PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) di Kuala Tanjung dan PT Aneka Tambang (Persero) di Halmahera Timur.

"Kami juga akan mengembangkan PLTU mulut tambang di Peranap, Riau, namun kami menunggu proyek ini untuk masuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN," pungkas Arviyan.
Sebagai informasi, PLN meramal potensi pembangkit PLTS hingga 2026 mendatang sebesar 630 MW. Sementara itu, PLN juga memprediksi pembangkit EBT bisa menyumbang energy mix 22,4 persen di tahun 2026 atau lebih besar dari saat ini 11,9 persen.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER