Jakarta, CNN Indonesia -- Hutchison Ports dan PT Pelindo II (Persero) berhitung telah menggelontorkan investasi lebih dari US$330 juta sejak bermitra 18 tahun lalu. Dana investasi itu mengalir dalam bentuk peralatan baru, teknologi, termasuk infrastruktur pendukung lainnya di Jakarta International Container Terminal (JICT).
"Berkat investasi itu, JICT berubah menjadi terminal petikemas terbaik di Indonesia maupun di Asia," ujar Direktur Utama Hutchison Port Indonesia (HPI) Rianti Ang, mengutip ANTARA, Jumat (11/8).
Rianti juga menyampaikan, manajemen kecewa terhadap aksi industrial yang dilakukan oleh Serikat Pekerja JICT baru-baru ini. Pasalnya, akibat mogok kerja selama lima hari, pengoperasian terminal petikemas JICT menjadi terhenti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, sebagai mitra Pelindo II, Hutchison mengklaim telah berhasil mengubah JICT menjadi terminal petikemas kelas dunia. JICT juga telah memberi peningkatan yang sangat signifikan dalam hal kesejahteraan karyawannya.
"Karena itu, kami sangat percaya kepada manajemen JICT untuk menyelesaikan insiden yang sangat disayangkan ini melalui mekanisme yang diatur dalam peraturan ketenagakerjaan," katanya.
Beruntung, menurut Rianti, kejadian industrial itu tidak sampai mengganggu kegiatan operasi dan pelayanan pelanggan JICT di Pelabuhan Tanjung Priok.
Terkait perpanjangan kerja sama antara JICT, Hutchison Ports dan Pelindo II, proses tersebut dinilai telah dilaksanakan secara transparan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait.
"Perpanjangan kontrak dilakukan untuk meningkatkan kapasitas JICT dan mendukung visi pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur pelabuhan di Indonesia," imbuh Rianti.
Komitmen PenuhSebagai investor yang telah lama di Indonesia, Hutchison Ports menegaskan, ke depan, tetap berkomitmen untuk terus melanjutkan keterlibatannya di Indonesia.
Ia menyebutkan bahwa yang terjadi di JICT tidak dapat disamaratakan atau digeneralisasi sebagai suatu kondisi yang mencerminkan keadaan di Indonesia.
Hutchison Ports tetap yakin bahwa Pemerintah Indonesia akan secara serius menyelesaikan persoalan yang merusak citra Indonesia di dunia internasional.
"Kami juga ingin menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia, Pelindo II, dan direksi JICT atas dukungan dan kerja sama selama berlangsungnya aksi industrial yang dilakukan oleh pekerja JICT," terang dia.
JICT merupakan perusahaan afiliasi yang didirikan pada tahun 1999. Sahamnya mayoritas dimiliki Hutchison Port Holding Group (HPH Group) sebesar 51 persen, sedangkan sisanya 48,9 persen dikantongi Pelindo II dan 0,1 persen dimiliki Koperasi Pegawai Maritim.
Bidang usaha JICT, yaitu pelayanan bongkar muat petikemas baik ekspor maupun impor di Pelabuhan Tanjung Priok. Pada awal berdirinya, JICT mampu menangani 1,8 juta TEUs dan meningkat hingga 2,4 juta TEUs pada akhir 2007 lalu.
Dengan lingkup operasional dan kapasitas yang ada, JICT merupakan terminal petikemas terbesar dan tersibuk di Indonesia.
Dengan penambahan dermaga sepanjang 552 m dan lapangan penumpukan seluas 3,5 hektare, kini JICT mampu melayani arus petikemas melalui Pelabuhan Tanjung Priok hingga tiga juta TEUs per tahun.