BI Antisipasi Dampak Ekonomi dari Ketegangan AS-Korut

CNN Indonesia
Jumat, 11 Agu 2017 16:16 WIB
Beruntung, hingga 11 Agustus 2017 ini, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing masih terjaga di bawah tiga persen.
Beruntung, hingga 11 Agustus 2017 ini, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing masih terjaga di bawah tiga persen. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mengantisipasi dampak perekonomian, seperti keluarnya modal asing (capital inflow), menyusul meningkatnya tensi politik antara Amerika Serikat dengan Korea Utara dalam beberapa hari terakhir.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, tekanan terhadap stabilitas geopolitik di Asia kian bertambah, menyusul 'perang' pernyataan antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang dikhawatirkan terus mengarah ke perang terbuka.

Beruntung, hingga 11 Agustus 2017 ini, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing masih terjaga di bawah tiga persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami memang masih perhatikan kondisi ekonomi dunia, khususnya AS dan Korut yg menegang. Ini dampaknya ada terhadap stabilitas," ujarnya dilansir ANTARA, Jumat (11/8).

Sebelumnya, analis memperkirakan, ada potensi dana keluar karena investor asing mencari tempat aman untuk mengendapkan modalnya. Jika benar, hal ini akan menekan nilai tukar rupiah.

"Dengan semakin panasnya tensi politik antara AS dan Korea Utara, aksi pengalihan dana ke tempat-tempat aman bisa ikut menekan rupiah di perdagangan Jumat ini," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta dalam risetnya.

Selain stabilitas geopolitik, BI juga terus mencermati rencana penurunan neraca Bank Sentral AS The Federal Reserve yang akan dilakukan tahun ini. Penurunan neraca The Fed akan berdampak terhadap pasokan dolar AS dan stabilitas nilai tukar mata uang pada sejumlah negara di dunia.

"Dan secara umum, kalau kami melihat The Fed mengenai rencana suku bunga bisa naik pada Desember atau mungkin tertunda. Itu yang kami perhatikan. Tetapi, yang tetap menonjol adalah rencana penurunan neraca The Fed," imbuh dia.

Secara umum, Agus melihat, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dan mampu menahan tekanan ekonomi eksternal.

Modal asing yang masuk sejak Januari hingga pekan kedua Agustus 2017 tercatat Rp115 triliun. Fundamental ekonomi yang kuat juga tercermin dari inflasi yang hingga pekan kedua Agustus 2017 sebesar 3,91 persen (year on year/yoy).
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER