Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia Property Watch (IPW) menyebutkan, penjualan rumah tapak dengan harga di atas Rp1 miliar anjlok hingga 63,6 persen pada kuartal II 2017. Penurunan tertinggi ada di Provinsi Banten sebesar 9,3 persen.
Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda mengatakan, penurunan ini melanjutkan tren pertumbuhan negatif sejak kuartal I lalu yang terkontraksi 5,3 persen.
"Penurunan hampir di semua wilayah Banten, kecuali Kabupaten Tangerang yang mengalami kenaikan sangat tipis 0,6 persen. Selain itu Jakarta tumbuh 0,8 persen dan Surabaya 3,36 persen," ujar Ali kepada CNNIndonesia.com, Minggu (13/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati menurun, hal ini dinilainya bukan pertanda melemahnya daya beli masyarakat seiring dengan stagnannya pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 di angka 5,01 persen, seperti kuartal I 2017.
Namun, menurutnya, masyarakat kalangan atas memang menahan pembelian rumah karena melihat kondisi pasar yang tengah dipengaruhi isu keamanan dan politik.
Selain itu, momentum ramadan dan lebaran jatuh di kuartal II lalu, membuat masyarakat lebih memilih untuk menyimpan dananya. "Hal ini juga yang membuat perputaran uang relatif tidak bergerak terlalu tinggi di dalam negeri dan membuat seakan-akan sektor riil tidak bertumbuh dengan baik," jelas Ali.
 Penjualan rumah mewah anjlok pada kuartal kedua tahun ini. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto) |
Bersamaan dengan penurunan penjualan rumah, produksi semen juga turut melorot 3,64 persen dari kuartal I 2017 dan menurun 5,01 persen dari kuartal II 2016.
Namun penurunan produksi semen tak hanya karena penurunan penjualan rumah kalangan atas, melainkan turut menurun karena proyek menengah atas dan apartemen yang tak sekencang kuartal sebelumnya.
Geliat Kalangan BawahKendati penjualan rumah kalangan atas merosot, namun hasil survei IPW justru mencatat peningkatan penjualan rumah bagi masyarakat kalangan bawah dengan harga rumah di rentang Rp300 juta sampai Rp500 juta dan Rp500 juta sampai Rp1 miliar.
"Segmen Rp300-500 juta meningkat 34,8 persen dan segmen Rp500 juta sampai Rp1 miliar sebesar 37,5 persen dibandingkan kuartal sebelumnya," kata Ali.
Hanya saja, peningkatan penjualan ini dilihat IPW masih perlu digenjot dengan mempercepat pembangunan rumah subsidi. Di sisi lain, dari pihak perbankan perlu kembali menghitung formula Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang menarik, sehingga turut meningkatkan kesempatan pemilikan rumah masyarakat.
"Hal ini diperkirakan membuat daya beli masyarakat di sektor perumahan akan naik," ujarnya.
Sementara, berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), realisasi Program Sejuta Rumah baru mencapai 449 ribu atau 44,9 persen dari target pada awal Agustus ini. Sedangkan di tahun lalu, program Presiden Joko Widodo itu hanya finis di angka 860 ribu.