Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah melihat ada perubahan konsumsi masyarakat, yang saat ini lebih memikirkan pemenuhan kebutuhan tersier, seperti rekreasi atau jalan-jalan. Namun, untuk tetap menunjang kebutuhan tersebut, masyarakat melakukan pengalihan
(shifting) penghasilan, dengan mengurangi pos pengeluaran lain, misalnya sandang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, hal ini ditemukan saat jelang Ramadan lalu, di mana masyarakat cenderung menahan belanja baju Lebaran, tetapi menggunakan sebagian penghasilannya untuk liburan.
"Di masa kecil, baju baru cukup penting (di saat lebaran) dan membanggakan tapi hari ini tidak demikian. Yang dianggap penting untuk dikonsumsi itu hal lain sama sekali, mungkin hubungannya rekreasi. Ini gaya hidup yang sangat berbeda dengan beberapa tahun yang lalu," ujar Darmin dalam acara diskusi di Hotel Borobudur, Senin (14/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, Darmin menyebut bahwa hal ini baru merupakan fenomena yang ditemukan pemerintah dan belum mampu ditangkap datanya guna dianalisa lebih dalam.
"Ini belum ketangkap dengan data. Tetapi kami melihat bahwa itu gejala yang mungkin belum diperhitungkan dengan baik dalam kebijakan-kebijakan," imbuh Darmin.
Senada dengan pemerintah, Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, juga menemukan fenomena ini. Latar belakangnya adalah meningkatnya pertumbuhan jasa hotel, pariwisata, dan rekreasi.
"Ternyata pertumbuhan rekreasi dan hotel lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Dari data kami, yang non leisure melambat, yang leisure meningkat pesat. Ini terjadi
shifting," ucap Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS SriSoelistyowati pada kesempatan yang sama.
Sayangnya, perubahan pola konsumsi masyarakat kalangan atas itu membuat masyarakat bawah justru tertekan dan dampaknya perlu dicermati. Dengan demikian, daya beli masyarakat bawah tak terus melemah.
Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro juga beranggapan, fenomena ini memang terjadi pada masyarakat saat ini. Bahkan, meningkatnya kebutuhan rekreasi membuat masyarakat berhasil menghemat konsumsi hariannya. Masyarakat sengaja menyisihkan penghasilannya.
"Apakah benar-benar mengerem (konsumsi)? Tapi mereka masih jalan-jalan di Malioboro dan Tunjungan padahal hanya minum teh botol dan bakso. Mereka harus atur apa yang harus dipertahankan. Pakaian bisa ditunda, gadget dipertahankan karena memberikan aktualisasi, dapat pujian dari teman kalau dia jalan-jalan," imbuh Ari.
Bentuk KebijakanDarmin menambahkan, bila data yang dihimpun pemerintah untuk membuktikan fenomena ini ada, pemerintah akan memanfaatkan perubahan pola konsumsi ini untuk mengembangkan kebijakan di sektor wisata.
Sebab, di satu sisi hal ini bisa menjadi sumber rekam konsumsi baru bagi masyarakat. Di sisi lain, hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan objek-objek pariwisata Tanah Air, sehingga efeknya tetap mengalir ke pertumbuhan ekonomi.
"Mungkin kami perlu mulai mempersiapkan kawasan-kawasan strategis mengenai wisata. Tapi kami perlu membenahi dulu taman-taman nasional dan sebagainya," kata Darmin.