Jakarta, CNN Indonesia -- Perum Perumnas bakal memasarkan rumah susun sederhana milik (rusunami) bersubsidi seharga Rp9,2 juta per meter persegi di kawasan transit on development (TOD) Stasiun Tanjung Barat, Jakarta. Rencananya, pemasaran mulai dilakukan pada September 2017 mendatang.
Sebelumnya, hari ini, Perumnas bersama PT KAI telah melakukan peletakan batu pertama (
groundbreaking) proyek TOD Stasiun Tanjung Barat. Proyek ini mencakup pembangunan tiga tower dengan total 29 lantai yang akan menampung 1.232 unit hunian di atas lahan seluas 15.244 meter persegi.
Direktur Produksi Perumnas Kamal Kusmantoro mengungkapkan harga Rp9,2 juta per meter persegi sesuai dengan ketentuan harga rumah susun sederhana yang mendapatkan jatah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Jika memungkinkan, Perumnas bakal menekan harga tersebut.
"Tadi Bu Menteri [Menteri Rini Soemarno] meminta harganya bisa diturunkan, tapi kami hitung dulu," ujar Kamal usai acara peletakan batu pertama (
groundbreaking) proyek TOD di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta (15/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika luas paling kecil hunian rumah susun sebesar 22 meter persegi maka harga per unitnya berkisar Rp202,4 juta.
Kamal menyebutkan, porsi rusunami bersubsidi sendiri hanya sekitar 25 persen dari total hunian. Sementara, sisanya merupakan hunian apartemen sederhana milik (anami) yang tidak mendapatkan subsidi. Karena bebas subsidi, anami dijual di kisaran Rp16 juta hingga Rp18 juta per meter persegi.
Persyaratan untuk membeli rusunami bersubsidi sama dengan ketentuan FLPP. Di antaranya, gaji per bulan tak melebihi Rp7 juta dan hunian yang dibeli merupakan hunian pertama.
Lebih lanjut, Kamal mengungkapkan tower rusunami dan anami berdiri di atas lahan milik PT KAI yang digunakan berdasarkan Pengelolaan Lahan (HPL). Karenanya, status pemilikan hunian menggunakan konsep sewa jangka panjang (
long term lease) selama 50 tahun.
Pembangunan Rusun TOD ini merupakan bentuk inovasi hunian yang terintegrasi dengan sarana transportasi kereta commuter Jabodetabek. Perusahaan menargetkan proyek paling lambat rampung pada Agustus 2019 dengan menelan investasi sebesar Rp705 miliar.
(gir)