
Kementerian Perdagangan Buka 'Warung' di Rusia
Safyra Primadhyta, CNN Indonesia | Rabu, 23/08/2017 17:37 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) berencana menambah kantor Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (Indonesia Trade Promotion Center/ITPC) di Rusia. Upaya tersebut dilakukan untuk mendongkrak volume ekspor Indonesia ke Rusia.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda mengungkapkan, saat ini, Kemendag memang tengah mengkaji rencana reposisi ITPC di beberapa negara. Bagi ITPC yang kinerjanya tak optimal akan ditutup dan direlokasi ke negara lain.
Sementara, Kemendag akan membuka 'warung' di negara-negara baru yang memiliki potensi ekspor. Salah satunya, Rusia. "Rusia itu negara yang besar, ternyata potensinya luar biasa," ujarnya saat ditemui di kantor Kemendag, Rabu (23/8).
Berdasarkan data Kemendag, tahun lalu, perdagangan antara Indonesia dan Rusia mencapai US$2,11 miliar. Indonesia menikmati surplus sebesar US$411 juta dari transaksi tersebut. Nilai perdagangan itu meningkat signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu US$1,9 miliar.
Dari sisi ekspor nonmigas, Indonesia ke Rusia membukukan pertumbuhan sebesar 8,5 persen dalam lima tahun terakhir dengan nilai ekspor pada tahun lalu sebesar US$1,3 miliar.
Pada periode Januari-Mei 2017, total perdagangan Indonesia-Rusia juga meningkat sebesar 54,43 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan nilai perdagangan sebesar US$1,12 miliar.
Sepanjang periode tersebut, Indonesia surplus US$77,45 juta dengan nilai ekspor sebesar US$599,97 juta dan nilai impor sebesar US$522,52 juta. Produk ekspor utama Indonesia ke Rusia, antara lain kelapa sawit dan turunannya, kopi, karet, minyak kelapa, dan coklat.
Sesuai dengan namanya, lanjut Arlinda, ITPC bertugas untuk mempromosikan Indonesia, terutama terkait dengan sektor perdagangan dan pariwisata. ITPC akan membantu pelaku usaha lokal untuk memasarkan produknya di dunia internasional.
Saat ini, Indonesia telah menempatkan satu kantor Atase Perdagangan (Atdag) di kota Moskow, Rusia. Namun, keberadaan kantor itu dirasa belum cukup, mengingat wilayah Rusia sangat luas, yaitu sekitar 17 juta kilometer (km) persegi.
Sebagai pembading, luas Amerika Serikat 9,8 juta km persegi, dan China 9,6 juta km persegi. "Kami mencoba untuk membuka di state (negara bagian) yang lain, sedang dibicarakan, karena untuk pergi dari satu state ke state yang lain bisa memakan waktu hingga 9 jam," terang dia.
Selain Rusia, lanjut Arlinda, Kemendag juga tengah mengkaji pembukaan ITPC di Turki untuk mendongkrak kinerja ekspor di wilayah Turki dan sekitarnya.
Evaluasi terhadap kantor ITPC dan Atdag masih berlangsung. Karenanya, Kemendag enggan merinci kantor ITPC maupun Atdag yang akan ditutup.
Sebagai informasi, saat ini, Kemendag memiliki 19 kantor ITPC dan 23 kantor Atdag yang tersebar di seluruh dunia.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda mengungkapkan, saat ini, Kemendag memang tengah mengkaji rencana reposisi ITPC di beberapa negara. Bagi ITPC yang kinerjanya tak optimal akan ditutup dan direlokasi ke negara lain.
Sementara, Kemendag akan membuka 'warung' di negara-negara baru yang memiliki potensi ekspor. Salah satunya, Rusia. "Rusia itu negara yang besar, ternyata potensinya luar biasa," ujarnya saat ditemui di kantor Kemendag, Rabu (23/8).
Dari sisi ekspor nonmigas, Indonesia ke Rusia membukukan pertumbuhan sebesar 8,5 persen dalam lima tahun terakhir dengan nilai ekspor pada tahun lalu sebesar US$1,3 miliar.
Pada periode Januari-Mei 2017, total perdagangan Indonesia-Rusia juga meningkat sebesar 54,43 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan nilai perdagangan sebesar US$1,12 miliar.
Sepanjang periode tersebut, Indonesia surplus US$77,45 juta dengan nilai ekspor sebesar US$599,97 juta dan nilai impor sebesar US$522,52 juta. Produk ekspor utama Indonesia ke Rusia, antara lain kelapa sawit dan turunannya, kopi, karet, minyak kelapa, dan coklat.
Sesuai dengan namanya, lanjut Arlinda, ITPC bertugas untuk mempromosikan Indonesia, terutama terkait dengan sektor perdagangan dan pariwisata. ITPC akan membantu pelaku usaha lokal untuk memasarkan produknya di dunia internasional.
Saat ini, Indonesia telah menempatkan satu kantor Atase Perdagangan (Atdag) di kota Moskow, Rusia. Namun, keberadaan kantor itu dirasa belum cukup, mengingat wilayah Rusia sangat luas, yaitu sekitar 17 juta kilometer (km) persegi.
Sebagai pembading, luas Amerika Serikat 9,8 juta km persegi, dan China 9,6 juta km persegi. "Kami mencoba untuk membuka di state (negara bagian) yang lain, sedang dibicarakan, karena untuk pergi dari satu state ke state yang lain bisa memakan waktu hingga 9 jam," terang dia.
Lihat juga:Kerek Ekspor, Kemendag Gandeng Eximbank |
Evaluasi terhadap kantor ITPC dan Atdag masih berlangsung. Karenanya, Kemendag enggan merinci kantor ITPC maupun Atdag yang akan ditutup.
Sebagai informasi, saat ini, Kemendag memiliki 19 kantor ITPC dan 23 kantor Atdag yang tersebar di seluruh dunia.
ARTIKEL TERKAIT

Kerek Ekspor, Kemendag Gandeng Eximbank
Ekonomi 2 tahun yang lalu
India Jegal Kelapa Sawit Indonesia
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Barter Sukhoi Rusia Terganjal Fluktuasi Harga Komoditas
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Pemerintah Finalisasi Harga Eceran Beras Premium
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Sebanyak 300 Industri Bakal Ikut Lelang Gula Rafinasi
Ekonomi 2 tahun yang lalu
Impor Melonjak, Neraca Perdagangan Juli Defisit US$270 Juta
Ekonomi 2 tahun yang lalu
BACA JUGA

Balas AS, Rusia Bisa Cap Perorangan Sebagai Agen Asing
Internasional • 04 December 2019 09:40
Putin Menyatakan Rusia Terbuka Bekerjasama dengan NATO
Internasional • 04 December 2019 02:40
Rusia Pamerkan Rudal Hipersonik Terbaru pada AS
Internasional • 29 November 2019 19:28
Ko-Pilot Serangan Jantung, Pesawat Aeroflot Mendarat Darurat
Internasional • 28 November 2019 09:47
TERPOPULER

Rekam Jejak Ari Askhara Sebelum Tersandung Kasus Harley
Ekonomi • 1 jam yang lalu
Daftar Coreng Hitam di Muka Dirut Garuda Indonesia
Ekonomi 2 jam yang lalu
Erick Thohir Pecat Dirut Garuda Karena Selundupkan Harley
Ekonomi 6 jam yang lalu