Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengeluarkan biaya bagi pemegang surat utang syariah (sukuk) global setelah mereka memperoleh persetujuan proposal perubahan ketentuan sukuk global senilai US$500 juta. Hal tersebut sebagai pemanis (sweetener) bagi pemegang sukuk global.
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury menyatakan, biaya yang harus dikeluarkan perusahaan di bawah 1 persen dari sisa
outstanding sukuk global. Pada akhir Juni 2017,
outstanding sukuk global sebesar US$493,7 juta.
"Kami harus memenuhi semacam
sweetener. Jadi semua kewajiban memang harus dipenuhi. Tapi tidak ada kewajiban kami untuk mempercepat pembayaran segala macam," papar Pahala, Rabu (23/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan secara resmi telah mendapatkan persetujuan perubahan ketentuan sukuk global setelah rapat pemegang sukuk pada 18 Agustus lalu. Dalam rapat tersebut, lebih dari 75 persen menyetujui proposal yang diajukan Garuda Indonesia.
Dalam proposal tersebut, perusahaan meminta penurunan jumlah total ekuitas yang tidak boleh kurang dari US$800 juta, menjadi US$500 juta. Kemudian, debt to equity ratio (DER) atau rasio utang terhadap ekuitas yang tidak boleh lebih dari 2,5 kali.
Namun, posisi keuangan perusahaan sendiri memburuk pada semester I 2017 ini. Ekuitas perusahaan anjlok menjadi hanya US$717,69 juta dari posisi akhir tahun 2016 sebesar US$1 miliar.
Selanjutnya, perusahaan sengaja mengajukan posisi DER menjadi 3 kali karena rasio utang perusahaan telah mencapai 2,58 kali.
Sementara itu, manajemen menganggap pembayaran yang dilakukan terhadap pemegang sukuk tidak akan merugikan perusahaan karena hanya dibayarkan sekali kepada pemegang sukuk global.
Terlebih lagi, ia optimistis tingkat ekuitas perusahaan akan tumbuh lebih dari US$800 juta sebelum akhir tahun ini ditopang oleh penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) anak usaha, PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia pada September atau Oktober mendatang.
"Pasar tampak antusias, kami yakin bisa mengumpulkan dana di atas US$150 juta. Level ekuitas akan naik," jelas Pahala.