Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebut, biaya pemulihan atas operasional hulu migas (
cost recovery) di tahun 2018 bisa meningkat dibandingkan dengan target tahun ini.
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Parulian Sihotang menjelaskan,
cost recovery di tahun 2018 rencananya bisa mencapai US$11,39 miliar hingga US$13,28 miliar.
Dengan kata lain, angka tersebut kemungkinan lebih besar 8,57 persen hingga 26,59 persen dibandingkan target
cost recovery tahun ini yang dipatok US$10,49 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut, angka tersebut sesuai dengan surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada Menteri Keuangan beberapa waktu lalu.
“Untuk tahun 2018, sesuai surat Menteri ESDM ke Menteri Keuangan tanggal 14 Februari 2017,” ujar Parulian kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (23/8).
Meski
cost recovery membengkak, target
lifting migas di tahun depan diperkirakan membaik. Menurut nota keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, target
lifting minyak dan gas tahun depan terhitung 2 juta setara barel minyak per hari (BOEPD) atau meningkat tipis 2,04 persen dari target APBN 2017 sebesar 1,96 juta (BOEPD).
Dari target tersebut, angka
lifting minyak terbilang menurun ke angka 800 ribu barel per hari dari target tahun ini 815 ribu barel per hari. Namun, di sisi lain,
lifting gas meningkat dari 1.150 BOEPD ke angka 1.200 BOEPD di tahun depan, sehingga
lifting migas secara keseluruhan bisa dibilang membaik.
Namun, sebelum melangkah menuju
cost recovery tahun depan, saat ini SKK Migas tengah berupaya agar realisasi
cost recovery hingga akhir Desember bisa sesuai target. Adapun, realisasi
cost recovery hingga bulan Juli kemarin tercatat US$5,87 miliar, atau 55,95 persen dari target 2017.
Parulian mengatakan,
cost recovery sempat meningkat US$1 miliar di bulan Juli karena adanya tambahan persetujuan biaya pengadaan dan konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction/EPC) lapangan Banyu Urip sebesar US$200 juta.
"Kenaikan biaya di Juli lebih tinggi dari bulan sebelumnya, antara lain karena adanya tambahan Investment Credit dan depresiasi WK Cepu atas tambahan persetujuan biaya EPC Banyu Urip," imbuhnya.
Untuk sisa tahun 2017, SKK Migas berupaya menekankan efisiensi dengan meminta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk menekan biaya pengadaan barang dan jasa, analisis biaya kontraktor sesuai rencana kerja dan anggarannya (Work Program and Budget/WP&B), hingga efisiensi perjalanan dinas ke luar kota.
"Kami akan upayakan semaksimal mungkin (
cost recovery) agar
in line dengan target," tutup Parulian.
Sekadar informasi, realisasi
cost recovery mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Di tahun 2014, realisasi
cost recovery tercatat US$16,3 miliar dan kemudian turun 14,72 persen ke angka US$13,9 miliar di tahun 2015. Angka ini kemudian melorot lagi 16,54 persen ke angka US$11,6 miliar di tahun 2016.