SKK Migas Sebut Cost Recovery Tembus US$13 Miliar di 2018

CNN Indonesia
Kamis, 24 Agu 2017 11:49 WIB
Angka tersebut lebih besar hingga 26,59 persen dibandingkan target cost recovery tahun ini yang dipatok US$10,49 miliar.
Angka tersebut lebih besar hingga 26,59 persen dibandingkan target cost recovery tahun ini yang dipatok US$10,49 miliar. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebut, biaya pemulihan atas operasional hulu migas (cost recovery) di tahun 2018 bisa meningkat dibandingkan dengan target tahun ini.

Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Parulian Sihotang menjelaskan, cost recovery di tahun 2018 rencananya bisa mencapai US$11,39 miliar hingga US$13,28 miliar.

Dengan kata lain, angka tersebut kemungkinan lebih besar 8,57 persen hingga 26,59 persen dibandingkan target cost recovery tahun ini yang dipatok US$10,49 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ia menyebut, angka tersebut sesuai dengan surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada Menteri Keuangan beberapa waktu lalu.

“Untuk tahun 2018, sesuai surat Menteri ESDM ke Menteri Keuangan tanggal 14 Februari 2017,” ujar Parulian kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/8).

Meski cost recovery membengkak, target lifting migas di tahun depan diperkirakan membaik. Menurut nota keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, target lifting minyak dan gas tahun depan terhitung 2 juta setara barel minyak per hari (BOEPD) atau meningkat tipis 2,04 persen dari target APBN 2017 sebesar 1,96 juta (BOEPD).

Dari target tersebut, angka lifting minyak terbilang menurun ke angka 800 ribu barel per hari dari target tahun ini 815 ribu barel per hari. Namun, di sisi lain, lifting gas meningkat dari 1.150 BOEPD ke angka 1.200 BOEPD di tahun depan, sehingga lifting migas secara keseluruhan bisa dibilang membaik.

Namun, sebelum melangkah menuju cost recovery tahun depan, saat ini SKK Migas tengah berupaya agar realisasi cost recovery hingga akhir Desember bisa sesuai target. Adapun, realisasi cost recovery hingga bulan Juli kemarin tercatat US$5,87 miliar, atau 55,95 persen dari target 2017.

Parulian mengatakan, cost recovery sempat meningkat US$1 miliar di bulan Juli karena adanya tambahan persetujuan biaya pengadaan dan konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction/EPC) lapangan Banyu Urip sebesar US$200 juta.

"Kenaikan biaya di Juli lebih tinggi dari bulan sebelumnya, antara lain karena adanya tambahan Investment Credit dan depresiasi WK Cepu atas tambahan persetujuan biaya EPC Banyu Urip," imbuhnya.


Untuk sisa tahun 2017, SKK Migas berupaya menekankan efisiensi dengan meminta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk menekan biaya pengadaan barang dan jasa, analisis biaya kontraktor sesuai rencana kerja dan anggarannya (Work Program and Budget/WP&B), hingga efisiensi perjalanan dinas ke luar kota.

"Kami akan upayakan semaksimal mungkin (cost recovery) agar in line dengan target," tutup Parulian.

Sekadar informasi, realisasi cost recovery mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Di tahun 2014, realisasi cost recovery tercatat US$16,3 miliar dan kemudian turun 14,72 persen ke angka US$13,9 miliar di tahun 2015. Angka ini kemudian melorot lagi 16,54 persen ke angka US$11,6 miliar di tahun 2016.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER