Harga Batu Bara Kinclong, Laba Adaro Melesat 76 Persen

CNN Indonesia
Selasa, 29 Agu 2017 16:26 WIB
PT Adaro Energy Tbk membukukan laba sebesar US$299 juta pada semester I 2017, naik 75,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$170 juta.
Pertumbuhan laba Adaro pada semester pertama tahun ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan perusahaan sebesar US$1,54 miliar atau meningkat 31,62 persen dibanding semester I tahun lalu US$1,17 miliar. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adaro Energy Tbk membukukan laba sebesar US$299 juta hingga semester I 2017. Angka ini melesat 75,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$170 juta.

Adapun, pertumbuhan laba ini ditopang oleh pertumbuhan pendapatan perusahaan sebesar US$1,54 miliar atau meningkat 31,62 persen dibanding semester I tahun lalu US$1,17 miliar. Meningkatnya pendapatan ini tak lepas dari tingginya harga batu bara sepanjang enam bulan pertama 2017.

Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) di semester I tercatat sebesar US$83,55 per metrik ton atau meningkat 61,13 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$51,85 per metrik ton. Pertambangan batu bara tercatat berkontribusi 93 persen terhadap pendapatan usaha perseroan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenaikan harga ini membantu pendapatan di tengah penurunan penjualan batu bara Adaro dari 27,13 juta ton di semester I 2016 ke angka 25,27 juta ton di tahun ini.

Direktur Utama Adaro Garibaldi Thohir tetap optimistis bahwa fundamental bisnis batu bara akan tetap positif dalam jangka panjang. Meski begitu, perusahaan berusaha untuk fokus dalam efisiensi beban di seluruh lini bisnis perseroan.

Pasalnya, sepanjang semester I kemarin, perseroan belum bisa menahan laju beban pokok pendapatan yang meningkat 16,38 persen dari angka US$873,12 juta ke angka US$1,01 miliar di semester I tahun 2017. Perusahaan beralasan, membengkaknya beban disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pembayaran royalti karena harga batu bara tengah membaik.

Sekadar informasi, Adaro membayar royalti ke pemerintah sebesar US$161 juta di semester I lalu, atau naik 36 persen dibanding tahun lalu.

"Kami terus berfokus pada keunggulan operasional dan efisiensi biaya di pilar pertumbuhan perusahaan dalam rangka menyeimbangkan karakteristik batu bara yang siklikal," ujar Garibaldi melalui siaran pers dikutip Selasa (29/8).

Selain itu, ia juga yakin perusahaan bisa mempertahankan pertumbuhan positif di sisa tahun ini. "Kami memiliki posisi keuangan yang semakin kuat dan tetap bertahan di jalur yang tepat untuk menghasilkan laba fundamental yang solid dalam jangka waktu yang lebih panjang," pungkasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER