Jakarta, CNN Indonesia -- PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom mengklaim ekspansi bisnisnya di Myanmar tidak terganggu seiring terjadinya persekusi pemerintah Myanmar kepada kelompok Rohingya di daerah Rakhine.
Direktur Wholesale & International Service Abdus Somad Arief mengatakan, bisnis perusahaan sendiri berada di Rangoon. Sehingga, tidak ikut terkontaminasi kondisi yang terjadi Rakhine.
"Bisnis kami di Myanmar kondisinya normal," ujar Abdus kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (5/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam hal ini, perusahaan menjadi penyedia
internet gateway atau sebagai operator layanan data di Myanmar sejak tahun lalu. Sebelumnya, perusahaan pernah kalah dalam tender mendapatkan lisensi seluler di negara tersebut pada 2013.
Selanjutnya, Abdus menyebut, pihaknya masih akan mengembangkan bisnisnya di Myanmar. Hanya saja, ia masih merahasiakan portofolio apa yang tengah digarap oleh Telkom.
"Nanti saja pada waktunya, masih penjajakan," ucapnya.
Di sisi lain, pemerintah sedang mengkaji ulang kerja sama dagang dengan Myanmar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes pemerintah atas aksi represif pemerintah Myanmar dengan etnis Rohingya.
"Kami tunggu kebijakan politik luar negeri dari Menteri Luar Negeri. Supaya satu garis. Jangan jalan sendiri-sendiri," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita belum lama ini.
Sejauh ini, beberapa barang yang diekspor ke Myanmar dari Indonesia, yakni kertas dan produk dari kertas, minyak sawit, besi dan baja, tembakau dan karet. Kemudian, impor Indonesia dari Myanmar berupa tepung kanji, kaju, kacang-kacangan, soda, ikan, dan sayuran.
Menanggapi rencana pengkajian ulang hubungan bisnis Indonesia dengan Myanmar, manajemen Telkom tidak mengklaim pihaknya akan ikut serta-merta menyetop bisnisnya di negara tersebut. Namun, ia akan menunggu arahan pemerintah.
"Kami lihat perkembangan nantilah. Kami tunggu arahan pemerintah," pungkas Abdus.