Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Pusat Statistik (BPS) menilai krisis kemanusiaan yang tengah terjadi di Myanmar tak akan mengganggu hubungan perdagangan Indonesia dengan negara tersebut.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, hal itu lantaran hubungan perdagangan antar kedua negara masih minim, dan Myanmar bukan mitra dagang utama bagi Indonesia. Seperti diketahui, mitra dagang utama Indonesia saat ini adalah Amerika Serikat, China, Jepang, dan India.
"Kalau dilihat, ekspor-impor belum terlalu signifikan (antara kedua negara). Jadi kecil (pengaruhnya)," ucap pria yang akrab disapa Ketjuk di Jakarta, Senin (4/9).
Perkembangan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara baru dapat dilihat pada data perdagangan yang akan rilis pertengahan September 2017. Nantinya, akan diketahui pengaruh situasi politik itu terhadap kondisi ekonomi yang terjadi.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Teguh Juwarno meminta pemerintah segera memutuskan hubungan perdagangan dengan Myanmar.
Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas tindakan Myanmar yang dinilai telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap kelompok muslim Rohingya.
"Kalau ini dibiarkan kita bisa kena getahnya, hubungan dagang menurut saya bisa diputus sebagai bentuk penolakan atas tindakan mereka," kata Teguh kemarin.
Teguh menuturkan angka perdagangan antara Indonesia dan Myanmar tak terlalu signifikan, sehingga pemutusan hubungan dagang tak akan terlalu berdampak terhadap laju perekonomian di Tanah Air.
Teguh mengaku akan mengusulkan wacana embargo tersebut kepada Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. "Harus diciptakan formula itu (embargo). Kami akan usulkan kepada menteri perdagangan," terangnya.
Berdasarkan data terakhir BPS per April 2017, total ekspor Indonesia ke Myanmar tercatat sebesar US$49,87 juta atau sekitar Rp665 miliar. Sedangkan total impor dari Myanmar pada periode yang sama tercatat sebesar US$17,61 juta atau sekitar Rp235 miliar.