Lombok, CNN Indonesia -- Indonesia mulai mengekspor benih tembakau virginia hibrida ke Afrika. Benih tersebut diklaim memiliki produktivitas lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya.
Pelatih Training Farm Virginia Lombok Kuswanto menuturkan, hingga tahun 2014, Indonesia belum memiliki institusi yang memproduksi benih tembakau. Benih tembakau pun mayoritas diimpor dari Amerika Serikat (AS).
"Tapi kan tidak bisa impor terus. Kami sekarang lewat Benih Mas (PT Benih Mas Indonesia) bekerja sama dengan perusahaan benih AS, sudah mampu menghasilkan benih virginia hibrida. Sudah produksi, bahkan ekspor ke Afrika," ujarnya ditemui saat kunjungan PT HM Sampoerna Tbk ke Training Farm Virginia Lombok di Lombok Tengah, Kamis (7/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Training Farm tersebut dikelola oleh benih mas dan PT Sadhana Arifnusa. Sadhana sendiri merupakan salah satu pemasok tembakau HM Sampoerna yang menjalin kemitraan dengan para petani. Di tempat ini, uji coba berbagai varietas benih tembakau dilakukan sebelum kemudian diajukan untuk diuji Kementerian Pertanian, sebelum diproduksi massal.
Kuswanto menjelaskan, kebutuhan benih untuk tembakau sangat sedikit. Untuk menanam satu hektare (ha) lahan tembakau, hanya dibutuhkan 7-8 gram benih. Kondisi tersebut, menurut dia, membuat produksi benih sulit mencapai skala keekonomian.
Pada tahun lalu, Benih Emas memproduksi 150 kg benih. Dari jumlah tersebut, sekitar 40 kg benih diekspor ke Afrika. "Harganya per kg sekitar Rp50 juta. Tapi, untuk menanam satu ha, hanya butuh sekitar Rp400 ribu," terang dia.
Ke depan, sambung dia, produksi benih ditargetkan dapat mencapai 400 kg. Pasalnya, skala keekonomian produksi benih sebenarnya baru tercapai jika produksi mencapai 400 kg.
"Penggunaan benih virginia hibrida di Lombok juga akan terus meningkat. Saat ini, hanya 69kg, tapi tahun depan akan naik menjadi 105 kg dan tahun depannya lagi menjadi 160 kg," pungkasnya.