Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah ekonom meramalkan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2017 akan mencapai 5,1 persen. Proyeksi itu lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal sebelumnya 5,01 persen, dan periode yang sama tahun lalu 5,02 persen.
"Saya rasa, pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2017 bisa tumbuh 5,1 persen sehingga sepanjang tahun 2017 [ekonomi] saya kira akan tumbuh sekitar 5,1 persen kalau dibulatkan," tutur Kepala Ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean kepada
CNNIndonesia.com, pekan lalu.
Adrian mengungkapkan, beberapa faktor mengalami penyeimbangan kembali (
rebalancing) pada kuartal III 2017. Ia memperkirakan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, berkontribusi sekitar 55 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB), tidak akan lebih dari 5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari konsumsi rumah tangga, kalau tumbuh kurang lebih 5 persen atau 4,9 persen, masih menyumbang kira-kira 3 persen plus terhadap pertumbuhan ekonomi," tutur Adrian.
Ia menilai dari sisi penjualan ritel memang masih terjadi perlambatan. Namun, hal itu bukan terjadi karena menurunnya daya beli melainkan tren konsumsi kaum milenial yang beralih ke kebutuhan tersier seperti makan di restoran maupun pariwisata.
Selain itu, di tengah kondisi ketidakpastian, masyarakat juga cenderung mengurangi belanja dan menempatkan uangnya pada investasi yang memberikan imbal hasil tetap seperti surat utang negara (SUN).
"Performa SUN dalam dua, tiga tahun terakhir bagus sekali. Kalau saya pegang obligasi, saya bahkan bisa dapat untuk 20 persen per tahun," jelasnya.
Tak hanya itu, efek perlambatan ekonomi yang terjadi sejak 2014 dan mulai pulih pada September 2016, masih mempengaruhi persepsi konsumen terhadap harga. Dalam hal ini, konsumsi masih berekspektasi harga akan turun sehingga menunda belanja.
"Dengan menunda-nunda pembelian ya berefek kepada penurunan penjualan ritel," jelasnya.
 Suasana dagang di Pasar Rawamangun. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Dari sisi investasi, Adrian juga meyakini bakal mengalami kenaikan seiring makin masifnya pembangunan infrastruktur. Hal sama juga terjadi pada sektor perdagangan internasional seiring dengan meningkatnya volume perdagangan di Asia.
Senada dengan Adrian, Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede meramal ekonomi kuartal III juga memperkirakan ekonomi sepanjang Juli-September bisa tumbuh di kisaran 5,05 hingga 5,1 persen. Kinerja tersebut utama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi.
"Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh moderat, didukung oleh daya beli yang stabil. Penjualan otomotif yang diperkirakan membaik mengindikasikan terjaganya daya beli masyarakat," tutur Josua.
Kemudian, konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat meskipun ada potensi penghematan belanja Kementerian/ Lembaga di tengah potensi kekurangan pajak sekitar Rp50 triliun.
Dari sisi investasi, peningkatannya didukung oleh peningkatan belanja pemerintah yang sejalan dengan tren penyerapan belanja pemerintah pusat yang makin kencang pada paruh kedua setiap tahunnya. Salah satu indikatornya adalah ekspektasi melonjaknya penjualan semen pada semester II 2017.
"Meskipun investasi publik masih mendominasi namun investasi swasta juga cenderung membaik daripada semester I tahun ini," ujarnya.
Berdasarkan proyeksi kuartal III, Josua memperkirakan ekonomi tahun ini akan tumbuh di kisaran 5 hingga 5,1 persen atau di bawah target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017, 5,2 persen.
Sementara, ekonom Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi ekonomi kuartal III 2017 berpotensi menembus 5,1 persen, di kisaran 5,1 hingga 5,17 persen. Pasalnya, beberapa pos belanja Pemerintah yang tertahan di kuartal II mulai cair di kuartal III.
"Terlambatnya pencairan membuat pertumbuhan belanja pemerintah pada kuartal II turun -1,93 persen," ujar Bhima.
Suasana dagang di Pasar Rawamangun. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Selain itu, masyarakat yang menahan belanja di saat Ramadan dan Lebaran sudah mulai meningkatkan belanja di Juli-Agustus. Terutama belanja pendidikan seperti pembayaran uang sekolah, dan pembelian seragam serta peralatan sekolah lainnya. Hal ini terbukti dari inflasi komponen pendidikan tercatat sebesar 0,89 persen di bulan Agustus.
"Proyeksinya, pertumbuhan konsumsi masyarakat bisa naik diatas 5 persen di kuartal ke III dan IV 2017," jelasnya.
Saat ini, lanjut Bhima, pemerintah perlu menjaga daya beli masyarakat di kelompok menengah dan bawah. Caranya, inflasi harus terkendali dan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM), listrik dan gas elpiji 3 kilogram juga ditahan sampai akhir tahun.
"Soal stabilitas kebijakan juga penting. Jangan ada kebijakan yang membuat masyarakat resah termasuk rencana penerapan berbagai pajak seperti
e-commerce, keterbukaan informasi dan sebagainya," pungkasnya.