Garuda Indonesia Tunda Sewa 20 Pesawat Hingga 2019

CNN Indonesia
Jumat, 22 Sep 2017 15:50 WIB
Manajemen maskapai pelat merah tersebut menyatakan ingin fokus dalam meningkatkan utilisasi pesawat yang dimiliki saat ini.
Manajemen maskapai pelat merah tersebut menyatakan ingin fokus dalam meningkatkan utilisasi pesawat yang dimiliki saat ini. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berencana menunda penyewaan 20 unit pesawat setidaknya hingga tahun 2019 mendatang. Pasalnya, maskapai pelat merah ini ingin fokus dalam meningkatkan utilisasi pesawat yang dimiliki saat ini.

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury menyebut, 20 pesawat tersebut terdiri dari 10 pesawat untuk Garuda Indonesia dan 10 pesawat untuk Citilink. Pada awalnya, pesawat ini akan didatangkan dalam jangka dua tahun ke depan. Meski begitu, Pahala enggan membeberkan asal muasal pinjaman pesawat ini.

"Yang mau kami lakukan dan di dalam proses pembahasan (dengan peminjam) adalah penundaan delivery pesawat. Kami sekarang sedang berusaha untuk bisa melakukan penundaan pengiriman pesawat setelah tahun 2019," jelas Pahala ditemui di Jakarta Convention Center, Jumat (22/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ia mengatakan, penundaan penyewaan pesawat ini ditujukan karena perusahaan ingin memaksimalkan penggunaan pesawat yang ada saat ini.

Menurut Pahala, saat ini utilisasi pesawat Garuda Indonesia tercatat di angka 9 jam 38 menit per hari. Sementara itu, perusahaan ingin meningkatkan angka tersebut menjadi 11 jam per hari di tahun 2021.

"Kami ingin fokus pada optimalisasi pesawat kali ini. Sekarang kan utilisasinya 9 jam 38 menit, dulu waktu saya pertama kali gabung ke Garuda Indonesia, utilisasinya baru 9 jam 10 menit," jelasnya.

Pahala menilai, kombinasi dari penundaan penyewaan pesawat dan maksimalisasi utilisasi sarana sendiri ini bisa berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaanya.

Alasannya, tarif sewa (leasing rates) perusahaan diperkirakan bisa membaik 20 persen hingga 25 persen karena perusahaan bisa memperpanjang periode peminjaman dari aktivitas leasing sebelumnya.

Adapun menurutnya, leasing rates ini tidak dibukukan sebagai utang perusahaan, namun dimasukkan sebagai komponen biaya operasional. Dengan kata lain, penundaan penyewaan pesawat ini ujung-ujungnya mengefisienkan beban operasional perusahaan.

Imbas ke Laporan Keuangan

Berdasarkan laporan keuangan Garuda Indonesia per semester I 2017, biaya sewa operasi perusahaan tercatat US$8,0 miliar atau turun tipis 1,84 persen dari posisi akhir 2016 sebesar US$8,15 miliar.

"Pesawat (yang akan disewa) ini kan rencananya akan mengantikan pesawat yang ada. Dengan tidak lakukan delivery, kita bisa menunda, sehingga biaya leasing-nya bisa diturunkan," kata Pahala.

Namun di sisi lain, ia juga belum bisa menilai dampak penundaan leasing ini terhadap kinerja laba dan pendapatan perseroan hingga akhir tahun mendatang.

Perseroan, kata Pahala, mungkin masih mengalami rugi bersih hingga akhir tahun nanti sebagai dampak dari kondisi keuangan di semester I. Namun, ada potensi kinerja perusahaan mulai membaik di kuartal III tahun 2017.


Sekadar informasi, Garuda Indonesia mengalami rugi bersih sebesar US$283,75 juta atau meningkat tajam 349,04 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$63,19 juta.

"Secara full year kami belum membukukan laba. Tapi Insyallah kalau momentum ini bisa dijaga terus, 2018 nanti bisa full year bukukan laba," jelasnya.

Merujuk pada laporan keuangan paruh tahun ini, Garuda Indonesia menyewa 175 pesawat terbang yang memiliki masa kontrak antara 2018 hingga 2029 mendatang.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER