Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat menilai target pertumbuhan kredit sampai batas atas Bank Indonesia (BI) sebesar 10 persen sulit dicapai, meski penurunan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) telah dua kali dilakukan hingga menjadi 4,25 persen.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adinegara menilai, target itu sulit dicapai lantaran stimulus pelonggaran moneter BI biasanya butuh waktu beberapa bulan agar perbankan bisa ikut menyesuaikan bunga kreditnya.
"Soalnya pelonggaran moneter dampaknya cukup lama. Prediksinya, bunga kredit bisa turun 50 basis poin di kuartal II 2018. Jadi, masih lima bulan lagi," ucap Bhima kepada
CNNIndonesia.com, Senin (25/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurutnya perbankan saat ini masih fokus untuk berbenah kredit bermasalah. Sehingga, ia menilai penyesuaian bunga kredit kian perlu waktu.
Bhima menilai, permintaan kredit dari masyarakat otomatis tak akan meningkat sampai akhir tahun ini. Sehingga, pertumbuhan kredit sampai 10 persen belum bisa terjadi pada penghujung 2017.
Di sisi lain, pertumbuhan kredit perbankan sampai Juli 2017 yang baru mencapai 8,2 persen dinilai masih terlalu rendah untuk bisa mencapai target BI. Sementara, beberapa kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) dianggap malah tumbuh negatif.
"Itu pun kalau dilihat lebih detail, bank BUKU II dan BUKU III masing-masing justru pertumbuhan kreditnya negatif, minus 4,5 persen dan minus 2,2 persen. Hanya BUKU IV yang tumbuh positif," terangnya.
Kendati begitu, Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN, Winang Budoyo melihat, masih ada ruang bagi pertumbuhan kredit bisa mencapai target BI.
Ia menilai pertumbuhan kredit pada Juli lalu sudah kembali positif dan stimulus dari penurunan 7DRRR akan segera merangsang penurunan bunga kredit perbankan.
"Upaya mendorong pertumbuhan kredit akan mendapatkan tambahan amunisi di awal kuartal IV 2017 seiring dengan dikeluarkannya pelonggaran kebijakan makroprudensial secara spasial," jelas Winang.
Bahkan, dengan penurunan 7DRRR yang diprediksi bertahan sampai tahun depan, dianggapnya dapat membuat pertumbuhan kredit mencapai 10 persen sampai 12 persen pada 2018 mendatang. Sehingga, memberi dampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di tahun depan.
"7DRRR Rate sudah mencapai level terendahnya untuk dapat mendorong intermediasi perbankan dan pertumbuhan ekonomi nasional," pungkasnya.