Peningkatan harga saham emiten perbankan diproyeksi tidak berhenti pada pekan lalu saja. Sejumlah analis sepakat, harga wajar saham perbankan akan ditingkatkan seiring dengan penurunan tingkat suku bunga acuan BI.
"Pasti harga wajar saham bakal dikaji kembali, karena pastinya penurunan suku bunga akan mendorong pertumbuhan kredit lebih besar lagi," ucap Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang.
Umumnya, acuan nilai wajar suatu harga saham dilihat dari
price to earning ratio (PER) tiap emiten. PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data RTI Infokom, PER untuk BCA pada akhir pekan lalu sebesar 23,25 kali, kemudian BRI sebesar 14,41 kali, Bank Mandiri sebesar 16,26 kali, dan 10,86 kali.
Secara keseluruhan, Edwin meyakini, saham perbankan masih akan menjadi incaran mayoritas pelaku pasar untuk pekan ini. Bahkan, ia pesimis pelaku pasar melakukan aksi ambil untung (
profit taking) terlebih dahulu atas kenaikan harga saham emiten perbankan pekan lalu.
"Sepertinya kecil kemungkinannya (pelaku pasar
profit taking), karena penurunan suku bunga BI itu positif sekali," pungkas Edwin.
Tak sependapat, Kiswoyo menilai, harga saham perbankan berpeluang melemah pada awal pekan ini karena aksi ambil untung oleh pelaku pasar. Namun setelah itu, aksi beli akan kembali dilakukan sehingga harga saham perbankan tetap berpotensi menguat jika diukur sepanjang pekan ini.
"Kan IHSG menuju level 6.000, jadi kemungkinan menguat lagi," kata Kiswoyo.
Adapun, Reza menuturkan, aksi ambil untung ini terutama akan melanda beberapa emiten perbankan yang meningkat signifikan pekan lalu, seperti BCA, BNI, dan BRI. Artinya, ada potensi peralihan aksi beli ke beberapa emiten perbankan lain yang belum menguat pekan lalu.