Lapangan Jambaran-Tiung Biru Tambah Penerimaan Negara Rp48 T

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 26 Sep 2017 10:48 WIB
Beroperasinya fasilitas pemrosesan gas dari proyek unitisasi lapangan gas Jambaran-Tiung Biru bisa menambah penerimaan negara dan menyerap 6 ribu tenaga kerja.
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memperkirakan, beroperasinya fasilitas pemrosesan gas (Gas Processing Facilities/GPF) dari proyek unitisasi lapangan gas Jambaran-Tiung Biru bisa meningkatkan penerimaan negara sebanyak Rp48 triliun dalam 14 tahun mendatang. Proyek tersebut saat ini dikelola PT Pertamina EP Cepu.

Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, tambahan pendapatan ini bisa didapatkan ketika proyek beroperasi di tahun 2021 mendatang sampai kontrak habis 2035 mendatang. Adapun, produksi Jambaran-Tiung Biru diperkirakan bisa mencapai 330 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) yang ditampung dari enam sumur.

“Diproyeksikan penerimaan negara dari proyek ini sampai kontrak selesai mencapai US$3,61 miliar atau lebih dari Rp48 triliun,” kata Amien melalui siaran pers dikutip Selasa (26/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain penerimaan negara, efek pengganda dari proyek ini adalah penyerapan tenaga kerja sebanyak 6 ribu orang pada masa konstruksi. Di samping itu, mengingat sebagian besar alokasi gas ini untuk kebutuhan domestik, maka ini diharapkan bisa berdampak positif bagi penciptaan nilai tambah.

Sekadar informasi, produksi lapangan sebesar 330 MMSCFD nantinya akan diproses oleh GPF menjadi gas komersial dengan angka produksi 172 MMSCFD. Adapun, 100 MMSCFD akan dialokasikan untuk PT Pertamina (Persero) yang dialirkan ke PT PLN (Persero) dengan harga gas US$6,7 per MMBTU dengan biaya toll fee US$0,9 per MMBTU.

Sementara itu, sisa gas lainnya akan ditujukan bagi kebutuhan industri Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ini sejalan dengan tren sejak 2013, di mana alokasi gas domestik selalu lebih besar dibanding impor.

“Ini memprioritaskan konsumen dalam negeri. Hampir 60 persen produksi gas bumi digunakan oleh domestik,” imbuh Amien.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, perusahaanya mempersiapkan dana US$1,54 miliar atau Rp20,5 triliun untuk proyek ini. Angka tersebut belum termasuk dengan biaya pembangunan pipa Gresik-Semarang sepanjang 267 kilometer (km) yang diperkirakan akan menelan dana US$515 juta atau Rp7 triliun. Pipa tersebut sekiranya akan menyalurkan gas dari lapangan Jambaran-Tiung Biru.

“Pertamina optimistis Lapangan JTB akan berproduksi 2021 dan sekaligus mempercepat utilisasi pipa transmisi gas Gresik-Semarang,” lanjut Elia.

Sekadar informasi, lapangan Jambaran-Tiung Biru adalah unitisasi dari bagian WK Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Ltd dan WK milik Pertamina EP, di mana cadangan lapangan ini diperkirakan sebesar 1,9 triliun kaki kubik TCF. Adapun, Pertamina EP Cepu akan menjadi operator tunggal setelah ExxonMobil melepaskan sahamnya di proyek ini, sehingga Pertamina menguasai 90 persen hak partisipasi (Participating Interest/PI) dan 10 persen dimiliki pemerintah daerah.

Sebelumnya, hak partisipasi Pertamina EP Cepu (PEPC) dan ExxonMobil di salah satu Proyek Strategis Nasional itu tercatat masing-masing 41,4 persen, di mana sisa kepemilikannya diapit oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebesar 9,2 persen dan Pertamina EP sebesar 8 persen.

Pertamina EP Cepu ditunjuk sebagai operator Jambaran-Tiung Biru sejak ditandatanganinya Head of Agreement (HoA) antara ExxonMobil, Pertamina EP Cepu, dan Pertamina EP tentang unitisasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru pada 17 Agustus 2011. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER