Jakarta, CNN Indonesia -- Talk Fusion dimulai pertama kali di Amerika Serikat, 2007 silam. Manajemen menampik jika aktivitas usahanya digolongkan sebagai perusahaan investasi. Namun, perusahaan perdagangan elektronik (
e-commerce) yang menjual produk-produk komunikasi video
online lewat asosiasi independen.
Di Indonesia, kehadirannya ditentang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena diketahui menghimpun dana masyarakat. Februari 2017 lalu, OJK merilis sejumlah nama-nama perusahaan investasi ilegal, salah satunya, yakni Talk Fusion.
Manajemen Talk Fusion agaknya tidak terima dengan cap ilegal yang disematkan OJK ke perusahaan. Sehingga, manajemen 'bergerilya' untuk diakui secara hukum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya, pada 7 April 2017, perusahaan mendapat izin prinsip dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 1399/1/IP/PMA/2017, serta resmi menyandang nama baru PT Talk Fusion Indonesia.
 Di Bandung, banyak korban Talk Fusion mengikutsertakan keluarga dan sanak saudara dalam menjaring downline untuk menjadi anggota. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah). |
Namun demikian, sebetulnya, Talk Fusion sudah beroperasi lima tahun sebelum memperoleh izin prinsip BKPM.
Perusahaan yang berdomisili di Surabaya ini berkembang menjaring asosiasi independen (associate) atau rekan hingga berbagai daerah. Tak terkecuali di Bandung, Jawa Barat.
Sayangnya, bukan kabar gembira, Talk Fusion di Bandung malah tengah menghadapi tuntutan dari sekitar 500 orang asosiasi independennya. Orang-orang ini mengklaim menjadi korban penipuan bisnis investasi berkedok
multi level marketing (MLM).
Indarti, salah satu korban menyebutkan, Bandung menjadi percontohan bagi daerah lain karena keberhasilan
associate-nya menjaring banyak
downline (jaringan di bawahnya).
"Jadi, para
leader Talk Fusion kalau presentasi menggunakan Bandung sebagai contoh karena berhasil produk
family pack-nya," ujarnya, saat ditemui
CNNIndonesia.com, belum lama ini.
Tuduhan Cuci Otak Indarti yang berprofesi sebagai dokter ini menuduh bahwa Talk Fusion melakukan cuci otak agar para
associate-nya mengikutsertakan setiap anggota keluarganya dalam bisnis tersebut.
Ia dan suaminya tercatat merogoh kocek Rp500 juta untuk bergabung di Talk Fusion. Padahal, uang itu merupakan tabungan untuk membiayai kuliah sang anak.
"Anak saya mau masuk kedokteran. Sekarang, saya biayanya Rp300 juta kan. Nah, gara-gara ini saya harus menabung lagi," jelas Indarti.
NF, salah satu korban menuturkan, keberhasilan Talk Fusion di Bandung pada awal-awal dirinya bergabung terlihat jelas. Menurut dia, salah seorang temannya duduk di peringkat Diamond Elite hanya dalam waktu lima bulan.
"Padahal, biasanya, seseorang mencapai posisi itu dalam waktu 3 sampai 4 tahun. Itu Bu Diana Dewi, itu karena dia berhasil merekrut banyak orang (
downline),” papar NF.
Diana Dewi membocorkan, ia seringkali memberikan syarat kepada calon kliennya untuk masuk dalam bisnis Talk Fusion jika ingin menggunakan jasanya sebagai notaris.
Ia tak menampik jika hal itu juga yang diajarkan oleh
leader-nya dalam pertemuan. "Iya sampai seperti itu gaya saya, saking sudah tercuci otaknya,” tutur dia.
Leader Talk Fusion di Bandung, lanjut Diana, mengajarkan
associate-nya membentuk ring 1 terlebih dahulu pada awal masuk Talk Fusion.
Ring 1 diartikan sebagai anak dan suami atau istri. Setelah itu, target lainnya bisa menyasar ring 2, yakni saudara yang berada di luar keluarga inti, teman, atasan atau bawahan.
Ironis. Alih-alih untung, baik Indarti, NF, maupun Diana malah sama-sama gigit jari. Mereka kehilangan uang yang ditanamkannya di Talk Fusion.
Lebih pahit lagi, uang yang ditanamnya bukan recehan. Diana mengaku, menanamkan duitnya hingga Rp5 miliar, dan NF merogoh kocek hingga Rp1 miliar.