Harga Minyak Melemah Setelah Ekspor AS Meningkat

CNN Indonesia
Kamis, 05 Okt 2017 08:08 WIB
Padahal, ekspor minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate mencapai rekor terbarunya, yaitu sebanyak 1,98 juta barel per hari.
Padahal, ekspor minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate mencapai rekor terbarunya, yaitu sebanyak 1,98 juta barel per hari. (REUTERS/Edgar Su).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada penutupan perdagangan Rabu (4/10), meskipun ekspor minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan rekor terbaru, sebanyak 1,98 juta barel per hari (bph).

Pemicunya, harga minyak WTI lebih menarik dibandingkan harga minyak Brent beberapa pekan terakhir. Sebab, harga WTI lebih rendah lantaran meningkatnya produksi di AS.

Berdasarkan data Badan Administrasi Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA), produksi minyak AS mencapai 9,56 juta bph pada akhir September. Ini merupakan rekor tertinggi sejak Juli 2015.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, harga Brent lebih tinggi karena pengaruh kebijakan pembatasan produksi dari Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan non OPEC. Bahkan, secara kumulatif harga Brent naik berlipat sepanjang kuartal III lalu.

Tercatat, harga minyak mentah WTI melemah 0,87 persen menjadi US$49,98 per barel. Sedangkan, harga minyak mentah Brent turun 0,35 persen menjadi US$55,8 per barel.

Beberapa analis beranggapan bahwa kenaikan produksi minyak WTI yang diikuti peningkatan ekspor akan membuat upaya OPEC dan non OPEC dalam membatasi produksi demi menjaga harga minyak menjadi percuma.

"Profil produksi minyak AS telah memaksa OPEC dan beberapa negara non-OPEC berpartisipasi dalam kesepakatan untuk mengurangi produksi yang sedang berlangsung, untuk kembali dievaluasi oleh mereka," kata Abhishek Kumar, Analis Interfax Energy Global Gas Analytics di London, mengutip Reuters, Kamis (5/10).

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo melihat, kebijakan OPEC dan non OPEC tetap berlanjut untuk menahan produksi. Begitu pula dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menekankan, negaranya akan tetap memperpanjang pemangkasan produksi sampai akhir 2018 sesuai kesepakatan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER