Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan pembentukan holding energi, baik sektor pertambangan maupun minyak dan gas bumi (migas) bisa tuntas pada November 2017.
Menteri BUMN Rini menjelaskan holding migas dan tambang merupakan dua sektor yang diutamakan bisa selesai tahun ini, setelah kementerian terkait melakukan harmonisasi dan pembahasan melalui focus group discussion (FGD) internal antarperusahaan.
"Holding sekarang harmonisasi saya harap cepat, tetapi dokumen memakan waktu. Kami harap November selesai semua. Semua tidak ada masalah, hanya administrasi saja," kata Rini, pada bincang santai dengan media, di Plaza Mandiri Jakarta, Kamis (5/10) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nantinya, holding BUMN tambang terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sebagai induk, dan beranggotakan perusahaan lainnya, yakni PT Bukit Asam (Persero) Tbk, PT Timah (Persero) Tbk, dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk.
Rini mengaku telah mempersiapkan Budi Sadikin sebagai Direktur Utama PT Inalum sekaligus akan memimpin holding pertambangan. Inalum akan menjadi induk dari holding BUMN tambang, mengingat 100 persen sahamnya dimiliki negara, melalui pemerintah daerah.
Sementara itu, Holding BUMN migas meliputi Pertamina sebagai induk dan Perusahaan Gas Negara (PGN).
Rini menilai pembentukan holding ini akan memperkuat perusahaan-perusahaan BUMN tanpa membebani negara.
Selama ini, lanjut dia, meski perusahaan BUMN telah mendapat suntikan modal melalui penyertaan modal negara (PMN), BUMN berhasil membagi dividen kepada negara.
Tercatat selama 2015-2017, BUMN telah mengalirkan dividen kepada negara sebesar Rp113 triliun. Belum lagi akan tambahan dividen dari target 2018 senilai Rp42 triliun, sehingga total bisa mencapai Rp167 triliun.
Rini menambahkan sinergi yang kuat dari pembentukan holding juga akan mendorong pengembangan arus kas internal secara menyeluruh.
"Kalau targetnya menjadi pemain dunia, tambang milik negara itu masih kecil, bahkan dibandingkan swastapun kecil. Maka kalau membentuk holding akan sedikit lumayan besar," ungkapnya.
Selain itu, pembentukan holding juga menciptakan efisiensi melalui penggunaan alat produksi bersama dalam kegiatan operasional sehingga biaya produksi dapat ditekan.
"Tujuannya bukan berkompetisi secara domestik tapi secara internasional. Kita negara ketiga terbesar dalam populasi, sudah seharusnya kita punya perusahaan sekaliber dunia," tuturnya.