Jakarta, CNN Indonesia -- PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) bakal menerbitkan obligasi global berdenominasi rupiah atau komodo bond bulan depan atau November mendatang.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, keduanya akan dicatatkan di London Stock Exchange. Dengan kata lain, aksi korporasi sejenis ini menjadi kali pertama yang dilakukan oleh emiten dalam negeri.
"Ini menarik karena kebutuhan infrastruktur untuk Indonesia cukup besar, kami kan tidak hanya bisa fokus di dalam negeri tapi juga di luar negeri," ungkap Rini, Kamis malam(5/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, dengan obligasi global berdenominasi rupiah ini maka perusahaan tidak perlu takut dengan pergerakan nilai tukar rupiah yang masih berfluktuasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Kami tidak mau ambil risiko valuta asing, makanya kami coba komodo bond. Di India dan China sangat baik, makanya kami akan meniru," papar dia.
Rini menambahkan, Jasa Marga akan menerbitkan global bond berdenominasi rupiah sebesar US$200 juta atau selitar Rp2 triliun. Kemudian, Wijaya Karya akan menawarkannya dengan nilai US$400 juta atau sekitar Rp5 triliun.
Secara terpisah, Direktur Utama Wijaya Karya Bintang Perbowo mengungkapkan, kemungkinan besar kupon yang akan ditetapkan untuk obligasi tersebut akan lebih besar bila dibandingkan dengan obligasi global berdenominasi dolar AS.
"Kemudian diharapkan lebih rendah dari di Indonesia," imbuh dia.
Dengan penerbitan
global bond berdenominasi rupiah ini, Bintang berharap, dana perbankan yang ada di Indonesia bisa digunakan untuk hal-hal di luar infrastruktur.
"Karena kan uang dari luar negeri masuk dipakai untuk membangun di sini, jadi nanti uangnya bisa dipakai untuk yang lain-lain," kata Bintang.
Di samping itu, Rini berpandangan, aksi korporasi ini juga akan membuat utang Indonesia berbentuk dolar AS akan berkurang dan nantinya bisa mengurangi ketergantungan Indonesia mencari pendanaan dengan dolar AS.
"Makanya mencari investor-investor luar. Kami melihat bahwa jangan terlalu berkonsentrasi dengan mata uang asing," pungkas Rini.