Pasar Fisik Karet Regional Batal Dibentuk karena Sepi Peminat

CNN Indonesia
Jumat, 06 Okt 2017 20:02 WIB
Kepala Bappebti Kemendag Bachrul Chairi mengakui tidak banyak calon anggota yang mendaftar untuk bertransaksi di pasar fisik karet regional.
Kepala Bappebti Kemendag Bachrul Chairi mengakui tidak banyak calon anggota yang mendaftar untuk bertransaksi di pasar fisik karet regional. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah)
Malang, CNN Indonesia -- Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) memastikan pembentukan pasar fisik karet regional antara Indonesia, Thailand, dan Malaysia batal dilakukan.

Kepala Bappebti Kemendag Bachrul Chairi mengakui tidak banyak calon anggota yang mendaftar untuk bertransaksi di pasar fisik regional tersebut. Umumnya, mereka telah memiliki kontrak karet dalam jangka panjang, sehingga mereka khawatir tidak laris atau kehilangan pelanggan jika pindah ke pasar fisik karet regional.

"Karena ini setahun tidak berjalan dalam perkembangannya. Nggak jalan sama sekali jadi ditutup," ucap Bachrul di Malang, Jumat (6/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembatalan itu disepakati bersa

ma oleh tiga negara tersebut. Mereka juga memutuskan bahwa setiap negara tetap bisa membuat pasar fisik karet di negara masing-masing, meski tidak secara regional.

"Lalu kami melangkah ke berjangka. Tapi kami bagi tiga, Indonesia untuk SR20, Malaysia jenis SS3, dan Thailand jenis lateks," papar Bachrul.

Untuk membentuk pasar fisik karet di Indonesia, lanjut Bachrul, tanggung jawab akan diberikan sepenuhnya kepada Bappebti. Namun, ia belum tahu instansi Bursa Berjangka yang akan menjadi pengelolanya.

Seperti diketahui, terdapat dua Bursa Berjangka di Indonesia, diantaranya Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) dan Jakarta Futures Exchange (JFX). "Soal siapa yang menjadi itunya kami mau yang terbaik," tegas Bachrul.


Sebelumnya, ICDX mengemukakan pihaknya akan mengoperasikan pasar fisik karet regional yang akan dirilis pada September tahun lalu. Sebenarnya, pelucuran fisik karet sempat diundur. Manajemen ICDX membeberkan, hal itu karena sulitnya merangkul kepentingan antar tiga negara produsen karet terbesar di dunia, yaitu Malaysia, Thailand, dan Indonesia.

Kala masih menjabat sebagai Direktur Utama ICDX, Megain Widjaja mengatakan, terjadi kesepakatan antar tiga negara, yakni Thailand, Malaysia, dan Indonesia untuk membuat pasar karet regional pada 2013.

Hal ini dilakukan agar harga komoditas karet dapat stabil dan harga yang dikeluarkan oleh ketiga negara tersebut lebih relevan di pasar global.

"Bisa dibayangkan kalau tiga negara ini produsen, tapi kualitas berbeda sehingga posisi tawar menawarnya lemah. Jadi, kalau ada pasar fisik, ada kekuatan untuk tawar menawar," terang Megain.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER