Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) memperkirakan penyelesaian kewajiban pembiayaan (financial closing) proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa I bisa lebih cepat dari jadwal yang seharusnya September menjadi Juni 2018.
Vice President Power, Renewable Energy, dan Gas Pertamina Ginanjar mengatakan, financial closing PLTGU tersebut bisa saja dimajukan. Namun saat ini masih didiskusikan dengan Japan Bank for International Coorporation (JBIC), Nippon Export and Investment Insurance (NEXI) dan Asian Development Bank (ADB) sebagai pemberi pinjaman.
“Kami sekarang sedang intensif dengan lender untuk financial closing. Harusnya financial closing di bulan September 2018, Tapi kami tarik agar lebih cepat lagi,” ujar Ginanjar, Senin (16/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, financial closing bisa dilakukan lebih cepat karena tingkat kemajuan terbilang cukup baik. Apalagi, seluruh isu-isu kritis proyek sudah diselesaikan sebelum perjanjian jual beli listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan PT PLN (Persero) dilaksanakan awal tahun lalu.
Adapun, beberapa isu penting yang sudah selesai antara lain, kepastian pasokan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG), syarat-syarat pemberian dana (bankability review), hingga angka serapan listrik oleh PLN (capacity factor) minimal sebesar 60 persen.
Bahkan menurutnya, saat ini perusahaan tengah memfinalisasi kontrak pengadaan dengan mitra utama seperti Samsung dan General Electric. “Semuanya sudah gearing up, apalagi semua isu critical sudah dibahas di awal,” paparnya.
Ia melanjutkan, pembiayaan tersebut rencananya akan mengambil 80 persen dari total nilai investasi sebesar US$2 miliar. Selain itu menurut Ginanjar, seharusnya pemberi pinjaman tidak khawatir jika financial closing dilakukan lebih cepat mengingat Pertamina merupakan pemain di bisnis LNG dan juga pembangkit listrik.
“Lenders melihat ini LNG to power, di mana Pertamina main di power dan main di LNG. Bahkan, lenders juga melihat bahwa proyek ini dibangun tanpa menggunakan jaminan pemerintah, jadi ini cukup unik. Oleh karenanya, seharusnya proyek ini tidak membuat nervous lender,” pungkas Ginanjar.
Sebagai informasi, PLTGU Jawa 1 rencananya akan memiliki kapasitas sebesar 2x800 Megawatt (MW) yang dikerjakan oleh Pertamina, Sojitz Corporation, dan Marubeni Corporation. Proyek yang diperkirakan beroperasi tahun 2020 ini digadang menjadi pembangkit listrik berbasis gas terbesar di Asia Tenggara, dan merupakan yang kedua di dunia yang mengintegrasikan Floating Storage Regasification Unit (FSRU) dengan PLTGU.
Di dalam lelang pembangkit ini, konsorsium Pertamina sebelumnya telah mengalahkan pesaing lain yaitu konsorsium PT Adaro Energi Tbk - Sembcorp, konsorsium Mitsubishi Corporation - JERA - PT Rukun Raharja Tbk - PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), serta konsorsium PT Medco Power Generation Indonesia - Nebras Power - Korea Electric Power Corporation.