Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut, efisiensi menjadi kunci utama yang harus dilakukan para pemain ritel tahun ini untuk menopang pertumbuhan perusahaan dan industri.
Seperti diketahui, beberapa peritel memang mengambil langkah untuk menutup gerai-gerai yang tak produktif, misalnya Ramayana yang menutup delapan gerai dan Matahari Department Store yang menutup dua gerai.
Yang teranyar, Lotus Department Store menutup tiga gerai di Thamrin, Cibubur, dan Bekasi pada akhir bulan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta mengatakan, sebenarnya efisiensi merupakan 'lagu lama' bagi perusahaan ritel. Namun, selalu ampuh untuk menstabilkan pertumbuhan yang mulai tertekan, misalnya yang terjadi saat ini kala konsumsi masyarakat tak terlalu tinggi.
Caranya, menutup toko-toko yang dinilai sudah tak produktif lagi atau merosot sumbangan pendapatannya kepada perusahaan. Lalu, mencari lagi titik lain yang sekiranya potensial.
"Efisiensi dari ritel tahun ini memang cukup ketat. Tapi sebenarnya ini bukan kali ini saja terjadi, dari dulu begitu, ada masanya, yang tidak produktif lagi ya ditutup, bisa ganti ke yang lain," ujar Tutum kepada
CNNIndonesia.com, Senin (23/10).
Hal ini pula, kata Tutum, yang melandasi rencana penutupan Lotus Department Store pada akhir bulan ini. Seperti halnya, yang telah dilakukan Ramayana dan Matahari Department Store beberapa bulan lalu.
Hanya saja, ia khawatir, efisiensi tak lagi ampuh bila konsumsi masyarakat terus melemah. Sementara, dari sisi operasional, perusahaan perlu membayar, misalnya sewa tempat, listrik, dan lainnya.
Akibatnya, pertumbuhan industri ritel bisa terus tergerus.
"Mudah-mudahan pertumbuhannya bisa membaik. Tapi kalau makin lama daya beli masyarakat juga terus begini, ya akan terus menekan pastinya," kata Tutum.
Bersamaan dengan efisiensi dan konsumsi masyarakat yang masih lemah, Tutum memproyeksi, pertumbuhan industri ritel sampai akhir tahun ini tak memuaskan.
Khususnya untuk kuartal IV ini diperkirakan tak akan setinggi kuartal II lalu, yang dilihat masih lebih baik lantaran ada momentum Lebaran.
"Kuartal IV pasti tidak lebih baik dari kuartal II, karena sentimen Lebaran itu tidak ada yang lebih baik dari itu," pungkasnya.