Anies-Sandi Hadapi 'Pembunuh Senyap' di Jakarta

CNN Indonesia
Kamis, 26 Okt 2017 17:22 WIB
Laporan Greenpeace menyebut sumber polusi Jakarta tidak hanya berasal dari asap kendaraan bermotor, tetapi juga PLTU.
Laporan Greenpeace menyebut sumber polusi Jakarta tidak hanya berasal dari asap kendaraan bermotor dan pemukiman, tetapi juga PLTU. (CNN Indonesia/Mesha Mediani).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintahan Anies-Sandi di ibukota Jakarta menghadapi kondisi polusi yang menempati level berbahaya. Diperkirakan, dampak kesehatan dari polusi tersebut mengakibatkan 10.600 kematian dini dan 2.800 kelahiran dengan berat lahir yang rendah per tahunnya.

Laporan Greenpeace menyebut bahwa sumber polusi Jakarta tidak hanya berasal dari asap kendaraan bermotor dan pemukiman, tetapi juga pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU). 

Bahkan, Jakarta disebut akan menjadi ibukota negara yang dikelilingi PLTU baru terbanyak di dunia dalam radius 100 kilometer (Km) kalau dibandingkan dengan ibukota lainnya.

Apalagi, PLTU berkapasitas besar di Pulau Jawa, khususnya di sekitar Jakarta dan dua pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU), yakni PLTGU Muara Karang dan PLTGU Tanjung Priok. Polusi yang diproduksi dari pembangkit ini membuat udara berbahaya di Jabodetabek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum cukup sampai disitu, pemerintah mengusulkan membangun empat PLTU anyar di Jakarta atau sebanyak tujuh unit. Saat ini, sudah ada delapan PLTU yang beroperasi (22 unit). Salah satu PLTU yang beroperasi pun rencananya akan diekspansi satu unit.

“Wilayah Jabodetabek akan dikelilingi oleh PLTU yang nantinya dapat mencekik kota ini beserta 30 juta penduduknya. Sementara, China menutup PLTU di Beijing untuk mengurangi tingkat polusi udara yang berbahaya, Indonesia malah melakukan hal sebaliknya,” dikutip dari laporan Greenpeace, Kamis (26/10).

Organisasi pemerhati lingkungan itu mengungkap emisi dari PLTU, baik yang telah beroperasi maupun yang direncanakan, meningkatkan risiko kesehatan pada seluruh penduduk Jabodetabek, termasuk di antaranya 7,8 juta anak-anak. Hal ini dikarenakan peraturan dan penetapan standar emisi untuk polutan utama masih lemah di Indonesia.

Selain itu, PLTU juga merupakan sumber utama penghasil emisi merkuri. Merkuri merupakan polutan yang sangat beracun karena dapat merusak sistem saraf, terutama saraf janin atau anak dalam masa pertumbuhan.

PLTU baru yang diinisiasi pemerintah diproyeksi menghasilkan emisi merkuri sekitar 400 kilogram (kg) per tahun. Kondisi ini diperparah dengan belum ditetapkannya batasan emisi merkuri dari PLTU oleh hukum dan peraturan di Indonesia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER