BI 'Romusha' Kuatkan Rupiah dari Gempuran Dolar AS

CNN Indonesia
Jumat, 27 Okt 2017 17:52 WIB
Bank Indonesia (BI) mengaku terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah yang semakin tertekan akibat menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Bank Indonesia (BI) mengaku terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah yang semakin tertekan akibat menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mengaku terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah yang semakin tertekan akibat menguatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS).

Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan, saat ini BI tidak hanya melakukan upaya stabilisasi melalui intervensi pasar valas, tetapi juga membeli Surat Berharga Nasional (SBN) dari pasar sekunder.

Dia memastikan, cadangan devisa Indonesia saat ini cukup untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"di beberapa hari terakhir kami juga membeli SBN di pasar sekunder karena melihat ada kecenderungan kenaikan yield (imbal hasil) dari SBN pemerintah," ucapnya di Jakarta, Jumat (27/10).

Menurutnya, langkah - langkah tersebut diambil agar nilai tukar rupiah tetap terjaga dan tidak menyimpang jauh dari level fundamental. Langkah tersebut juga diambil karena nilai tukar rupiah terus melemah karena penguatan dolar AS.

Penguatan dolar AS disebabkan sejumlah faktor, baik fundamental maupun teknikal.

"Faktor fundamentalnya memang ekonomi Amerika terus mengalami penguatan, bahkan lebih kuat dari yang diperkirakan." ungkapnya.

Penguatan faktor fundamental, sambung Perry, salah satunya tercermin dari indikator ekonomi AS berupa indeks manufaktur yang membaik belakangan ini. Perbaikan ekonomi AS akan menjadi pemicu yang mendorong bank sentral AS Federal Reserve untuk menaikan suku bunga pada akhir 2017.

Selain itu, rancangan undang-undang terkait pelonggaran pajak yang diajukan Presiden AS Donald Trump kemungkinan dapat terealisasikan. Stimulus fiskal yang muncul dari pengurangan pajak dan tambahan belanja kemungkinan juga mempercepat perbaikan ekonomi di AS.

Di samping itu, proses pemilihan Gubernur baru The Fed juga menjadi salah satu faktor menguatnya dolar AS. Ia berpendapat, sebagian besar masyarakat AS memandang Kandidat John Taylor dan juga Jeremny Powel merupakan kandidat yang terkuat karena dianggap lebih berani untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter dibandingkan Janet Yellen, pemimpin saat ini. (dit)

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER