BI Minta Pemerintah Genjot Penerimaan Devisa

CNN Indonesia
Selasa, 31 Okt 2017 13:45 WIB
Rasio utang luar negeri dibandingkan penerimaan devisa Indonesia mencapai 172,4 persen, jauh di atas Thailand sebesar 44,4 persen dan Filipina 65 persen.
Rasio utang luar negeri dibandingkan penerimaan devisa Indonesia mencapai 172,4 persen, jauh di atas Thailand sebesar 44,4 persen dan Filipina 65 persen. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mendorong pemerintah guna meningkatkan setoran devisa, ke Indonesia. Pasalnya rasio Utang Luar Negeri (ULN) terhadap penerimaan devisa Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan negara berkembang di kawasan Asia.

"Kita (Indonesia) memang harus meningkatkan devisa karena untuk rasio utang luar negeri terhadap penerimaan devisa itu kita harus kerja keras untuk menyamai dengan misalnya Thailand dan Filipina ," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam acara Economic and Capital Market Outlook 2018 di Graha CIMB Niaga, Selasa (31/10).

Mirza mengungkapkan, berdasarkan data terakhir, rasio utang terhadap penerimaan transaksi berjalan (current account receipt) Indonesia mencapai 172,4 persen.

Sementara itu, Thailand hanya sebesar 44,4 persen, Filipina 65 persen, dan India 95 persen. Hal itu dipicu oleh banyaknya kegiatan yang memicu pemasukan devisa seperti ekspor dan tingginya remitansi dari tenaga kerja yang bekerja di luar negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat data itu, Mirza pun mengapresiasi langkah pemerintah yang ingin mendorong sektor pariwisata. Pasalnya, selain membuka lapangan kerja, sektor pariwisata juga bisa mengundang devisa masuk dari turis mancanegara.

Selain itu, Mirza juga mendorong pemerintah terus meningkatkan investasi dengan cara memperbaiki iklim usaha di Indonesia.

"Tingkatkan investasi dan usahakan investasi yang bisa menghasilkan devisa," ujarnya.
Di saat bersamaan, pemerintah juga perlu memacu peningkatan ekspor. Ke depan, peluang kenaikan ekspor cukup besar mengingat harga komoditas sudah mulai merangkak naik seperti batu bara.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER