Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah tergelincir pada penutupan perdagangan Selasa (1/11), setelah berhasil mencetak rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir. Hal ini karena adanya sentimen dari rilis data persediaan mingguan minyak Amerika Serikat (AS) yang tidak sebesar data industri perdagangan.
Institusi Minyak AS (American Petroleum Institute/API) menyebut, ada penurunan persediaan minyak mentah sekitar 5,1 juta barel pada Selasa malam.
Angka ini melebihi data terakhir dari Badan Administrasi Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA) yang mencatat bahwa persediaan minyak mentah turun sekitar 2,4 juta barel pada pekan lalu dan prediksi para analis yang menyebut persediaan minyak berkurang 1,8 juta barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harga minyak turun sejak rilis laporan (IEA)," ujar Carsten Fritsh, Analis minyak di Commerzbank AG di Frankfurt.
Alhasil, menurut analis, hal ini memicu beberapa pelaku pasar melakukan aksi ambil untung
(profit taking). "Pasar memiliki sedikit
pullback hari ini, didorong oleh sedikit
profit taking," ujar Gene McGillian, manajer aset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.
Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent turun US$0,45 per harel atau 0,74 persen menjadi US$60,49 per barel. Sedangkan minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,08 per barel atau sekitar 0,15 persen menjadi US$54,3 per barel.
Kendati begitu, McGillian menilai, harga minyak mentah dunia akan kembali meningkat karena ada sentimen perpanjangan pembatasan produksi dari Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan Non OPEC.
"Tapi secara keseluruhan, gagasan bahwa pengurangan produksi (OPEC) akan berlanjut hingga 2018 dan meningkatnya permintaan akan memperketat keseimbangan pasokan dan membuat kita lebih tinggi secara keseluruhan," imbuh McGillian.
Berdasarkan sumber Reuters dari produsen di kawasan Teluk OPEC menyatakan bahwa sinyal perpanjangan pembatasan produksi kian kuat, meski baru diputuskan pada 30 November mendatang pada pertemuan di Wina, Austria.
Sementara data terakhir menyebut bahwa kepatuhan para negara OPEC dan Non OPEC terhadap komitmen pembatasan produksi lebih kuat. Sebab, per Oktober lalu, produksi minyak OPEC dan Non OPEC berkurang sekitar 80 ribu barel per hari (bph) menjadi 32,78 juta bph.
Bersamaan dengan itu, tingkat kepatuhan pembatasan produksi sekitar 92 persen pada Oktober 2017 atau meningkat dari September lalu sebesar 86 persen.
Hal ini membuat analis melihat bahwa Rusia akan tetap mematuhi komitmennya utnuk mengurangi produksi sekitar 300 ribu bph dari level tertingginya pada Oktober 2016 sebesar 11,24 miliar bph.
(agi)