Bank Diklaim Punya Modal Kuat Hadapi Pelemahan Rupiah

Agustiyanti | CNN Indonesia
Jumat, 03 Nov 2017 11:53 WIB
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menegaskan kondisi permodalan perbankan saat ini kuat untuk menghadapi pelemahan rupiah yang mungkin terjadi ke depan.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menegaskan kondisi permodalan perbankan saat ini kuat untuk menghadapi pelemahan rupiah yang mungkin terjadi ke depan. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada pada kisaran Rp13.500 hingga akhir 2017. Kendati demikian, LPS menegaskan kondisi permodalan perbankan saat ini kuat guna menghadapi pelemahan rupiah yang mungkin terjadi ke depan.

Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan menuturkan, saat ini nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp13.500 per dolar AS. Ia pun memperkirakan, nilai tukar rupiah akan berada pada kisaran yang sama hingga akhir tahun.

Kendati demikian, Fauzi mengaku permodalan perbankan saat ini sangat kuat untuk menghadapi kemungkinan terjadinya pelemahan rupiah lebih dalam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Rasio modal perbankan saat ini sangat tinggi, ada di kisaran 23 persen. Ini tertinggi sepanjang sejarah. Jadi, secara permodalan, perbankan saat ini sangat kuat," ujar Fauzi di Jakarta, Kamis (2/11).

Kendati secara industri rata-rata CAR perbankan sangat tinggi, ia tidak menampik kemungkinan adanya bank yang membutuhkan tambahan modal untuk memenuhi ketentuan permodalan jika terjadi pelemahan rupiah hingga level tertentu. Namun, menurut dia, hal tersebut kemungkinan hanya akan terjadi pada bank berskala kecil.

"Kalaupun ada yang sampai butuh tambahan modal, itu paling bank yang skalanya kecil-kecil, tak terlalu signifikan," jelas dia.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah menilai, pemilihan pemimpin baru Bank Sentral AS atau The Federal Reserve sempat mempengaruhi nilai tukar dolar AS terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk Indonesia. Alhasil, rupiah pun bergerak melemah dalam beberapa hari terakhir.

"Pilihan-pilahan (calon pemimpin The Fed) mempengaruhi kondisi keuangan global dalam jangka pendek sehingga dolar AS menguat karena ada dugaan siapa yang dipilih," terang Halim.

Tak hanya menguat, menurut dia, dolar AS juga dapat melemah jika pengganti Janet Yellen tak sesuai ekspektasi pasar.


"Dengan sistem nilai tukar yang sekarang bisa naik turun, tetapi di dukung fundamental ekonomi kuat dan likuiditas domestik cukup, kami tidak lihat risiko yang perlu dikhawatirkan terhadap perbankan," terang Halim.

Pelemahan rupiah yang sangat dalam pernah memukul industri perbankan dan menciptakan krisis keuangan berkepanjangan pada 1998 lalu. Untuk itu, saat ini, otoritas keuangan di tanah air secara berkala melakukan uji ketahanan (stress test) pada industri perbankan terhadap berbagai kondisi ekonomi yang terjadi, salah satunya nilai tukar.

(lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER