Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pesimis keinginan pemerintah untuk menekan suku bunga kredit hingga satu digit akan tercapai tahun ini. Ini berarti, penurunan suku bunga tidak bisa secepat harapan pemerintah.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perbankan untuk segera menurunkan suku bunga kreditnya menjadi satu digit menyusul turunnya suku bunga acuannya BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,5 persen pada Agustus.
Dalam Laporan Perekonomian dan Perbankan LPS Agustus 2017, Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan LPS Mochammad Doddy Ariefianto mengungkapkan, penurunan suku bunga acuan memberikan sentimen positif bagi industri keuangan di tengah ketidakpastian global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan turunnya bunga acuan, perbankan memiliki ruang untuk melakukan penurunan suku bunga simpanan dan kredit yang bisa berdampak positif bagi ekspansi kredit dan kinerja keuangan bank.
Kendati demikian, patut diketahui, penurunan suku bunga acuan hanya satu dari beberapa faktor pembentuk suku bunga kredit perbankan.
"Permasalahan suku bunga kredit di Indonesia memang sesuatu yang sangat kompleks karena terkait dengan tingkat inflasi, tingkat efisiensi intermediasi perbankan, dalam hal ini adalah
Net Interest Margin (NIM), serta kondisi defisit neraca berjalan," ujarnya mengutip laporan LPS, Jumat (8/9).
Karenanya, menurut Doddy, pemerintah memerlukan peta jalan (road map) yang jelas untuk mengidentifikasi setiap hambatan dalam upaya penurunan suku bunga kredit. Dengan demikian, percepatan penurunan suku bunga kredit bisa terwujud.
Meski risiko global, politi dan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, Fed Fund Rate masih membayangi kondisi perekonomian domestik, keputusan BI untuk menurunkan bunga acuan diharapkan bisa menopang laju pertumbuhan kredit yang melambat beberapa tahun terakhir.
Sentimen positif dari para pelaku ekonomi terhadap hal tersebut akan lebih teras bila pemerintah juga ikut memacu penyerapan belanja negara yang selama kuartal II tercatat lesu dalam mendongrak daya beli masyarakat.
Lebih lanjut Doddy menjelaskan, likuiditas perbankan saat ini masih cukup memadai mengingat masih turunnya suku bunga simpanan di samping turunnya suku bunga acuan, kebijakan giro wajib minimum averaging (GWMA) pada Juli lalu turut berperan dalam menjaga likuiditas bank.
Dengan turunnya suku bunga acuan dan memadainya likuiditas perbankan, maka ruang bank untuk menurunkan
cost of fund (biaya dana) dan suku bunga kredit akan semakin besar.
"Yang mungkin masih perlu dibenahi adalah komponen risiko kredit dalam perhitungan suku bunga kredit sehingga suku bunga kredit bisa lebih cepat turunnya," imbuh dia.
Berdasarkan data BI, per Juli 2017 rata-rata suku bunga kredit perbankan tercatat sebesar 11,73 persen atau turun 4 bps dari bulan sebelumnya. Suku bunga kredit terus menurun namun lambat, sejak BI menurunkan suku bunga acuannya hingga 175 bps sejak awal 2016 sampai Agustus 2017.