Mendag Akui Promosikan CPO ke Negara Tujuan Ekspor Baru

CNN Indonesia
Jumat, 03 Nov 2017 13:14 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku menjadikan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai produk ekspor pertama yang ditawarkan ke negara tujuan ekspor baru.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku menjadikan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai produk ekspor pertama yang ditawarkan ke negara tujuan ekspor baru. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.)
Nusa Dua, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku menjadikan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) sebagai produk ekspor pertama yang ditawarkan ke negara-negara tujuan ekspor baru.

Ia bercerita, penawaran itu dilakukan saat berkunjung ke negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika untuk mempromosikan pameran perdagangan (Promotion Trade Exhibition/PTE) Indonesia bersama para atase perdagangan.

"Waktu kami PTE, yang kami taruh pertama adalah minyak sawit. Termasuk kalau saya bawa sabun, itu juga kan ada unsur minyak sawitnya," ujar Enggar, sapaan akrabnya disela acara 13th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2018 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, Jumat (3/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut dia, hal ini karena CPO Indonesia dianggap sebagai komoditas yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Selain itu, Enggar lebih ingin mempromosikan produk yang memiliki nilai tambah atau sudah diolah, sehingga tak benar-benar mentah untuk dipasarkan ke internasional.

Tujuannya, agar industri yang bersangkutan juga bisa tumbuh untuk memproses produk hilirnya, sehingga memberikan efek domino bagi pertumbuhan ekonomi.

"Kami mulai dengan jualan minyak sawit karena kami mau fokus ke hilir. Kami ingin ada nilai tambah. Saya bilang ke industri agar tidak hanya jual produk mentah, tapi yang sudah diolah," terangnya.

Belum lagi, persediaan dari hasil olahan sektor perkebunan kelapa sawit ini sangat berlimpah, sehingga menempatkan Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia bersama Malaysia.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), produksi CPO telah mencapai 25,85 juta ton sepanjang Januari-Agustus 2017. Artinya, rerata produksi sebesar 3,23 juta ton per bulan.


Angka tersebut terus meningkat dibandingkan tahun lalu dengan jumlah produksi sepanjang tahun sebesar 35,57 juta ton atau sekitar 2,96 juta ton per bulan.

Alasan lain, Enggar sengaja mengenalkan CPO lebih dulu agar mampu meredakan kampanye negatif yang didapat Indonesia dari beberapa negara, seperti dari kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Pasalnya, kedua tujuan ekspor CPO itu justru kerap memberikan kampanye negatif ke Indonesia lantaran meragukan standar kualitas CPO Tanah Air dan menggencarkan persaingan yang tak sehat.

Padahal, menurut Enggar, kenyataannya kualitas CPO dalam negeri tak perlu diragukan karena memiliki sejumlah keunggulan. Misalnya, efisien dalam penggunaan lahan dibandingkan minyak nabati lain, sehingga aman dari sisi lingkungan. Lalu, memiliki sertifikat pengembangan industri kelapa sawit secara keberlanjutan (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO).

"Faktanya bahwa CPO adalah minyak nabati paling efisien dan seharusnya diakui dan bisa dijadikan alasan kuat," pungkasnya.

Sayang, Enggar belum bisa memberi rincian target ekspor CPO yang sekiranya bisa didapat dari negara-negara tujuan ekspor baru itu. Sementara saat ini, ekspor CPO besar ke India, China, Pakistan, AS, dan Uni Eropa.

Berdasarkan data sementara Gapki, total ekspor CPO dan turunannya telah mencapai 21 juta ton sepanjang Januari-September 2017. Sedangkan tahun lalu, ekspor mencapai 25,1 juta ton dengan nilai mencapai US$18,1 miliar.

Tercatat, ekspor tahun lalu ke India sebanyak 5,78 juta ton, China 3,23 juta ton, Pakistan 2,07 juta ton, AS 1,08 juta ton, dan negara-negara di Uni Eropa 4,4 juta ton.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER