Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengimbau PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Jonan mengatakan, Pertamina terbilang perusahaan terbesar dari sisi pencapaian kinerja keuangan. Terbukti, perusahaan pelat merah ini pernah meraup pendapatan hingga Rp700 triliun-Rp800 triliun.
"Kalau pun digabung semua perusahaan bank, pendapatan tidak ada yang segitu," ungkap Jonan, Selasa (7/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, jika merujuk pada kinerja keuangan Pertamina kuartal III 2017, perusahaan membukukan penurunan laba bersih sebesar 29,6 persen menjadi US$1,99 miliar dibandingkan dengan kuartal III 2016 sebesar US$2,83 miliar. Sedangkan pendapatan perusahaan tercatat US$32,8 miliar.
Selain Pertamina, Jonan juga menyebut PLN sebagai perusahaan kedua di Indonesia yang pernah meraih pendapatan tinggi sepanjang perusahaan berdiri.
"PLN itu kira-kira sekitar Rp300 triliun sampai Rp350 triliun," sambung Jonan.
Tak hanya dua BUMN ini, lembaga lainnya yang terpantau memiliki pendapatan tinggi, yakni Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas). Menurut Jonan, pendapatannya dalam satu tahun bisa mencapai Rp400 triliun.
"Tiga ini dijumlah sudah sekitar Rp1.600 triliun," imbuh Jonan.
Jika pendapatan perusahaan pertambangan digabungkan, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Freeport Indonesia (PTFI) bisa mencapai Rp200 triliun.
"Jadi, total industri ini Rp2.000 triliun lebih, mewakili hampir 17 persen-18 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional," papar Jonan.
Sayangnya, belum semua perusahaan tersebut tercatat di BEI. Padahal, keterbukaan informasi juga penting bagi perusahaan ekstraktif tersebut. Dengan menjadi perusahaan terbuka, maka masalah pembayaran pajak dan akuntabilitas bisa lebih baik, karena dipantau juga oleh pemegang saham.
Jonan pun meramalkan, jika PLN benar-benar IPO maka berpotensi memiliki nilai kapitalisasi pasar hingga Rp500 triliun. Selain itu, valuasi saham PLN juga terbilang mahal karena price to earning ratio (PER) perusahaan kira-kira mencapai 30 kali.
(lav)