Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut, pertumbuhan investasi dan ekspor sepanjang kuartal III 2017 di luar ekspektasi pemerintah. Ia pun menyebut kedua capaian ini sebagai hasil yang positif dari kondisi ekonomi di kuartal III tahun ini.
Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah sebelumnya, hanya memproyeksikan tingkat pertumbuhan investasi sekitar enam persen. Namun, realisasinya ternyata menyentuh diatas tujuh persen. Ini, menurut dia, membuktikan adanya kepercayaan yang tinggi dari pelaku usaha.
"Saya berharap momentum itu akan terus terjaga dan pemerintah akan bekerja keras agar momentum positif dari pelaku usaha akan terus berjalan sampai kuartal IV dan 2018," ucap Sri Mulyani, Rabu (8/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awal pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi kuartal III 2017 sebesar 5,06 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut antara lain didorong oleh pertumbuhan ekspor yang cukup signifikan.
"Pertumbuhan yang mengejutkan adalah ekspor dan impor yang naiknya sangat-sangat tinggi, tadinya kami perkirakan naiknya tujuh sampai delapan persen, (ekspor) ternyata sampai 17 persen," papar Sri Mulyani.
Dalam catatan BPS, nilai ekspor pada kuartal III 2017 mencapai US$43,38 miliar. Kenaikan ini didorong oleh perbaikan ekonomi dari China sebagai mitra dagang Indonesia yang naik menjadi 6,8 persen.
"Kemudian untuk impor, terutama bahan baku juga menunjukan pelaku usaha sangat menggeliat. Pemerintah tetap akan menjaga agar momentum terus berjalan," jelas Sri Mulyani.
Sayangnya, kinclongnya petrumbuhan ekspor dan investas, tak diikuti oleh konsumsi rumah tangga. Komponen pertumbuhan tersebut tercatat hanya tumbuh 4,93 persen atau melambat dibandingkan kuartal sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu.
Melihat data tersebut, Sri Mulyani pun menggelar diskusi dengan beberapa ekonom kemarin, Selasa (7/11) untuk membicarakan hal tersebut.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede, yang ikut hadir dalam diskusi tersebut mengatakan, menanggapi perlambatan ini pemerintah bakal mengurangi ketergantungan terhadap komoditas. Pasalnya, harga komoditas yang seringkali berfluktuasi justru akan mempengaruhi konsumsi masyarakat sekitar.
(agi)