Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah ekonom menilai pertumbuhan ekonomi saat ini tak mampu menjadi solusi permasalahan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia.
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan, sektor-sektor perekonomian di Indonesia yang seharusnya mampu menyerap banyak tenaga kerja, seperti sektor industri manufaktur, perdagangan, dan juga pertanian, justru belum mampu mencerminkan hal tersebut.
"Pertumbuhan yang tercipta saat ini kurang memberikan dampak untuk menyerap tenaga kerja atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi kita tidak berkualitas." ujar Heri di Jakarta, Jumat (10/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di Indonesia meningkat menjadi 5,50 persen per Agustus 2017 dari yang sebelumnya 5,33 persen pada Februari tahun ini.
Pada kesempatan yang sama, ekonom Riza Anissa Pujarama mengungkapkan, tren elastisitas penyerapan tenaga kerja terus anjlok sejak 2010. Pertumbuhan perekonomian terbukti tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang optimal.
"Pada 2016, satu persen pertumbuhan ekonomi, ternyata baru bisa menyerap 100.000 tenaga kerja." terangnya.
Hal tersebut menurun secara tahunan (year on year/yoy) dari tahun sebelumnya yang bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 130.000 tenaga kerja per satu persen pertumbuhan ekonomi.
Sejalan dengan Heri, Riza mengungkapkan, sektor pertanian yang seharusnya dianggap menjanjikan justru menjadi kontributor tertinggi dalam peningkatan jumlah pengangguran.
Jumlah pekerja di sektor pertanian tercatat menurun sebesar 4,87 persen menjadi 29,69 persen per Agustus 2017 dari 31,60 persen di bulan yang sama tahun lalu (yoy) .
Hal tersebut terjadi karena nilai upah riil buruh tani yang terus menurun. Badan Pusat Statistik melaporkan, upah riil buruh tani per Agustus 2017 menurun menjadi Rp 37.343 dari Rp 37.392 per Agustus tahun lalu.
Kualitas Pendidikan Jadi KendalaRiza mengungkapkan, pengangguran yang makin banyak juga dilatarbelakang oleh tingkat pendidikan di Indonesia yang masih belum berkualitas.
Hal tersebut tercermin dari tingkat pengangguran yang masih didominasi oleh penduduk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran dari lulusan SMK per Agustus 2017 meningkat menjadi 11,41 persen dari yang sebelumnya 11,11 persen di bulan yang sama pada tahun lalu.
"Jadi perlu ada pembenahan dari bidang pendidikan itu sendiri," lanjutnya.
Maka itu, ia menyarankan penyelenggara pendidikan SMK dan juga industri menjalin komunikasi untuk mempersiapkan lulusan SMK yang mampu memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan oleh sektor industri.
Pasalnya, lulusan SMK merupakan salah satu komponen tenaga kerja yang seharusnya bisa langsung dipekerjakan oleh sektor Industri. Sayangnya, banyak lulusan SMK yang tidak diterima oleh sektor industri karena kurang memenuhi kriteria yang dibutuhkan oleh industri tersebut. (dit)
(lav/lav)