Jakarta, CNN Indonesia -- PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) berencana menambah modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue pada 2018 guna memenuhi kebutuhan investasi perusahaan.
Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigrantono Roes mengatakan, rights issue bukanlah satu-satunya jalan untuk meraih permodalan yang dibutuhkan sebesar US$300 juta. Beberapa opsi lain yang juga sedang dikaji, yakni permintaan utang dan obligasi.
"Jadi dari utang, Pernyataan Modal Negara (PMN) dari bank pemerintah, dan sindikasi tahun depan. Kami mau menerbitkan rights issue atau obligasi," papar Mas, Sabtu (11/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan bakal menggunakan modal tersebut untuk beberapa proyek, di antaranya hot strip mill (HSM) 2, pembangkit listrik dengan kapasitas 1x50 megawatt (MW), dan controll mill. Menurutnya, nilai investasi untuk proyek pembangkit listri bisa mencapai Rp2 triliun-Rp3 triliun.
"Proyek controll mill sekitar US$450 juta, tapi investasi mulai tahun depan, pembangunannya bertahap tiga tahun," ungkap Mas.
Dari sisi kinerja, Mas memprediksi pihaknya masih membukukan kerugian hingga akhir tahun ini sebesar US$50 juta. Jika benar, maka jumlah kerugian ini berkurang dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai US$171,69 juta.
"Jadi mungkin ada kerugian sekitar US$15 juta-US$25 juta dari Krakatau Steel sendiri, lalu karena kami harus membukukan 30 persen dari yang dialami afiliasi, kemungkinan mereka akan kontribusi sekitar 40 persen," jelas Mas.
Lebih lanjut, Mas menjelalskan, Krakatau sendiri masih memiliki dua perusahaan afiliasi yang merugi. Dengan demikian, meski secara rata-rata perusahaan afiliasi sudah mencatatkan kinerja positif, tetapi tetap tercatat turun karena masih adanya kerugian di anak usaha.
"Saya sudah minta agar tidak rugi, tapi karena beban keuangan besar, tapi ya mereka sudah baik, sudah meningkat," tegasnya.
Adapun, Mas mengatakan, perusahaan bisa meraih laba bersih sebesar US$50 juta-US$75 juta pada tahun depan dengan syarat seluruh perusahaan afiliasi mencatatkan kinerja positif. Selain itu, Krakatau Steel juga bergantung pada harga baja.
(lav/vws)