Jakarta, CNN Indonesia -- Sektor manufaktur Indonesia siap melebarkan sayap ke Vietnam, meski keduanya bersaing ketat dalam sektor padat karya. Nantinya, pemerintah akan memanfaatkan Vietnam untuk menjadi tujuan ekspor dan rantai pasok di tingkat regional.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Vietnam telah memiliki perjanjian kerja sama ekonomi dengan Eropa dan Amerika Serikat, sehingga ekspansi perusahaan Indonesia ke Vietnam sekaligus bisa membuka akses pasar lebih luas.
Sampai saat ini, sudah ada sekitar 50 perusahaan Indonesia yang beroperasi di Vietnam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ada beberapa perusahaan Indonesia yang sudah beroperasi di Vietnam. Sekitar 50 perusahaan, antara lain sektor makanan dan minuman, plastik, semen, serta pelumas,” kata Airlangga melalui siaran pers dikutip Selasa (14/11).
Ia melanjutkan, pelaku usaha dalam negeri juga terpacu untuk berekspansi ke tingkat regional seperti Thailand dan Vietnam karena disokong oleh pertumbuhan ekonomi yang membaik. Apalagi, potensi pasar Vietnam juga terbilang potensial.
“Bagi Indonesia, Vietnam merupakan potensi pasar yang baik dengan penduduk hampir 95 juta. Melalui kombinasi investasi dan pasar yang baru tumbuh, Indonesia bisa manfaatkan potensi yang ada di Vietnam tersebut,” paparnya.
Indonesia dan Vietnam juga bisa lebih berkolaborasi di bidang manufaktur mengingat masing-masing negara punya kelebihan. Ia mengatakan, Vietnam punya akses kerja sama dengan AS dan Eropa, sedangkan Indonesia punya struktur industri yang lebih dalam seperti petrokimia, baja, dan pengolahan berbasis sumber daya alam.
“Indonesia dan Vietnam berkompetisi di sektor industri yang labor intensive (padat karya), tapi Indonesia mempunyai struktur industri yang lebih dalam. Masing-masing pihak bisa saling melengkapi untuk memenihi kebutuhannya di sektor industri,” paparnya.
Menurut data Kementerian Perdagangan, ekspor non-migas ke Vietnam sepanjang Januari hingga Agustus tercatat US$2,24 miliar atau meningkat 30,99 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$1,71 miliar. Angka ini mengambil porsi 2,27 persen dari total nilai ekspor Indonesia sebesar US$98,78 miliar di periode tersebut.
Sementara itu, pertumbuhan industri non-migas Indonesia pada kuartal III lalu mencatat pertumbuhan 5,49 persen atau melesat dibanding periode yang sama tahun lalu 4,77 persen. Pertumbuhan ini juga tercatat lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06 persen di triwulan III 2017.
(lav)