Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menggelar forum pembiayaan film Indonesia bertajuk Akatara. Forum ini menjadi 'biro jodoh' untuk mempertemukan para investor dengan para pegiat industri perfilman nasional.
Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, pihaknya sengaja membentuk Akatara agar aliran modal ke industri perfilman bisa meniru kesuksesan para perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air. Menurut dia, industri startup tengah mendapat suntikan investasi deras, baik dari lokal maupun asing.
"Sekarang sudah dikembangkan permodalan ke startup, seperti Go-Jek. Nah, tapi perfilman itu sebenarnya punya kans tak kalah besar untuk berhasil. Jadi kami cari investor untuk alirkan uang ke sini," ujar Triawan di sela perhelatan Indonesian Film Financing Forum Akatara di Jakarta, Rabu (15/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain tak ingin ketinggalan dalam mendapat peruntungan modal layaknya startup, ia bilang, Bekraf juga sengaja membuat 'biro jodoh' ini dengan skema forum.
Harapannya, agar para investor bisa berdiskusi langsung dengan para pegiat industri film, khususnya produser dan sutradara yang menggawangi sebuah film.
Dalam Akatara ini, Triawan menyodorkan 28 proyek film terpilih, 10 proyek film berdasarkan destinasi syuting, dan dua laboratorium film. Sementara itu, investor yang diundang ada sebanyak 50 orang, baik lokal maupun asing. Namun, partisipasi investor asing dinilai masih sedikit dan masih didominasi dari Korea Selatan.
"Seperti biro jodoh, kami berikan semua proyek film dari yang butuh modal Rp50 juta sampai Rp15 miliar. Kami pertemukan, biarkan mereka yang 'pacaran' atau mau langsung 'kawin' boleh. Tidak harus per investor, bisa sharing," jelasnya.
Sayangnya, Triawan belum ingin memasang target nilai investasi yang dapat direalisasikan dalam sekali perhelatan Akatara ini.
Ia mencatat, tiga negara asal investor asing yang paling banyak memberikan suntikan modal ke perfilman Indonesia per November ini, yaitu Korea Selatan, India, dan Amerika Serikat (AS). Sayang, ia belum ingin menyebut total aliran investasi yang telah terealisasi.
Sementara itu, pangsa pasar perfilman lokal sekitar 40 persen dari total pendapatan pemutaran film di Tanah Air. Sedangkan sisanya sebanyak 60 persen berasal dari pemutaran film asing.
Adapun sumbangan pendapatan dari industri perfilman per November ini mencapai Rp34,08 triliun atau sekitar 0,04 persen dari total pendapatan industri ekonomi kreatif yang mencapai Rp852,2 triliun. Sumbangan industri ekonomi kreatif yang terdiri dari 15 subsektor itu sekitar 7,38 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB).
Untuk tahun depan, Triawan optimis pendapatan dari industri perfilman dan ekonomi kreatif secara keseluruhan akan meningkat lebih tinggi. "Untuk pertumbuhan industri perfilman, saya maunya di atas 1 persen dulu deh. Ada kenaikan 100 persen saja sudah lumayan banget," pungkasnya.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan, institusinya tentu akan memberikan dukungan bagi promosi industri perfilman Indonesia ke para investor asing.
Sebab, permodalan tak hanya memberi dampak pada industri ini semata, tetapi juga memberi efek lebih luas, yaitu berupa penyerapan tenaga kerja.
Guna mendukung penyerapan modal tersebut, BKPM akan menjamin kemudahan pemberian izin kepada para investor perfilman. "Jadi kami terus reformasikan regulasi ekonomi untuk mendorong kemudahan perizinan dan iklim usaha di sektor ini," kata Tom.
(lav/bir)