LPS Ramal Bunga Penjaminan Masih Turun di Tahun Depan

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Rabu, 22 Nov 2017 14:43 WIB
Saat ini, tingkat suku bunga penjaminan LPS untuk bank umum sebesar 5,75 persen, setelah pada awal November ini diturunkan sebanyak 25 basis poin.
Saat ini, tingkat suku bunga penjaminan LPS untuk bank umum sebesar 5,75 persen, setelah pada awal November ini diturunkan sebanyak 25 basis poin. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksi, tingkat suku bunga penjaminan pada tahun depan masih memiliki tren penurunan. Namun, penentuannya tetap akan berdasarkan arah kebijakan dari Bank Indonesia (BI).

Saat ini, tingkat suku bunga penjaminan LPS untuk bank umum sebesar 5,75 persen, setelah pada awal November ini diturunkan sebanyak 25 basis poin (bps) dari angka 6 persen. Sementara untuk BPR menjadi sebesar 8,25 persen dari sebelumnya 8,5 persen.

"Suku bunga penjaminan LPS kami ikuti tren yang ada. Trennya saat ini masih terus turun," ujar Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah di kawasan Karet, Rabu (22/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Halim, salah satu kebijakan BI yang menentukan adalah tingkat suku bunga acuan BI (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR). Saat ini, 7DRRR sebesar 4,25 persen setelah BI memutuskan menurunkan sebanyak 50 basis poin (bps) pada kuartal III 2017 lalu.


Halim menambahkan, LPS tak hanya memantau tingkat 7DRRR secara langsung, tapi juga akan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga BI itu sendiri, yaitu kebijakan ekonomi global dan keadaan domestik.

Dari sisi ekonomi global, LPA memperhatikan kebijakan bank sentral dari berbagai dunia yang trennya meningkatkan suku bunga pada tahun depan. Hal ini berawal dari rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve pada bulan depan.

"Jadi ada risiko dari suku bunga acuan luar negeri yang tentu mempengaruhi kebijakan BI tahun depan," kata Halim.


Sementara dari domestik, ada beberapa faktor. Pertama adalah inflasi. Halim yakin bahwa lajunya tak jauh berbeda dengan tahun ini, yaitu tetap berada di tingkat inflasi rendah, yang dimulai sejak pertengahan tahun ini.

Kedua, kondisi perbankan dalam negeri. Ia melihat, kinerja industri bank dalam negeri dalam lima tahun terakhir justru tidak optimal, terlihat dari kualitas kredit hingga besaran aset yang dimiliki.

"Kami lihat, risiko kredit belum berakhir tahun depan. Di tengah regulasi yang kuat dari BI dan OJK, ini jadi tantangan yang besar," pungkasnya. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER